BAB
I
PENDAHULUAN
1.1LATAR
BELAKANG MASALAH
Masa
anak-anak adalah masa di mana manusia masih membutuhkan bimbingan dan arahan
yang intensif. Salah satu fase pada masa anak-anak adalah masa tengah dan
akhir. Banyak hal yang harus dibentuk pada masa ini, salah satu aspek yang
sangat penting adalah moral. Banyak faktor yang berperan serta dalam
pembentukan moral pada masa anak-anak tengah dan akhir. Seperti misalnya faktor
lingkungan yang meliputi keluarga, sekolah dan lingkungan bermain.
Pembentukan
moral pada usia anak-anak tengah dan akhir merupakan salah satu unsur penting
yang harus diperhatikan oleh setiap orang tua. Karena dalam tahapan usia
tersebut, mereka cenderung mudah dalam menerima stimulus. Terbentuknya moral
seorang anak yang dalam masa perkembangan dipengaruhi oleh stimulus-stimulus
yang diterimanya. Baik tidaknya moral seorang anak dipengaruhi oleh positif dan
negatif dari stimulus tersebut.
Peran
serta keluarga, sekolah dan lingkungan bermain dinilai sangat berpengaruh dalam
pembentukan moral anak-anak dalam masa tengah dan akhir. Sehingga dalam hal
ini, kami melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar peran ketiga
faktor tersebut.
1.2
RUMUSAN MASALAH
Rumusan
Masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah
- Apakah hubungan antara Teori
Kognitif Piaget dengan Teori Moral Kohlberg?
- Bagaimana perkembangan moral
masa anak-anak dari zaman dulu sampai sekarang dalam kebudayaan Indonesia
- Seberapa besar perankeluarga
dan sekolahdalam pembentukan moral anak?
- Bagaimana perkembangan moral
kanak-kanak secara ideal dan realitanya?
1.3
TUJUAN
Tujuan
penulisan makalah ini antara lain :
- Mengetahui hubungan antara
teori kognitif Piaget dengan teori moral Kohlberg
- Untuk mengetahui perkembangan
moral anak-anak usia tengah sampai akhir dari dulu hingga saat ini.
- Mengetahui seberapa besar peran
keluarga dan sekolah dalam pembentukan moral anak
- Mengetahui realita perkembangan
moral anak-anak usia tengah sampai akhir
1.4METODE
PENELITIAN
Metode
penelitian yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi literatur
serta observasi dengan subjek penelitian anak-anak SD kelas 3 yang berjumlah
35dan kelas 6 dengan jumlah 45 yang mewakili masa kanak-kanak usia tengah
dan akhir.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
Landasan
Teori yang digunakan dalam makalah ini adalah Teori Moral Reasoning
Kohlberg yang berkiblat pada teori Piaget, tetapi mempunyai struktur yang lebih
kompleks daripada teori Piaget.
Kohlberg
mendeskripsikan tiga level moral reasoning, dengan dua tahap tiap
levelnya:
Level
|
Tahap
|
Level
I: Pra-Konvensional (4-10 tahun)
|
Tahap
1: Berorientasi pada hukuman dan kepatuhan. “Apa yang akan terjadi
pada saya?” Anak akan mematuhi aturan dan akan mengacuhkan alasan atau motif
dari suatu perilaku dan berfokus pada bentuk fisik (contohnya seberapa besar
kebohongan itu) atau konsekuensinya (misalnya akibat yang ditimbulkan)
|
Tahap
2: Tujuan dan pengembalian. “Kamu mencubit, saya akan mencubit kamu
juga” Anak-anak akan menyesuaikan diri pada aturan dan memikirkan akan apa
yang dapat orang lain perbuat pada mereka, serta memfokuskan diri pada
konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri (semakin
keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu)
|
|
Level
II: Konvensional (10-13 tahun atau lebih)
|
Tahap
3: Mementingkan hubungan dan penerimaan dengan orang lain. “Apakah
saya orang yang baik?” Anak ingin menyenangkan dan menolong orang lain, dapat
menilai niat orang lain, dan mengembangkan standar tentang bagaimana orang
yang baik itu. Mereka menilai suatu tindakan berdasarkan motif dibaliknya
atau orang yang melakukannya dan juga memperhitungkan keadaan yang sedang
terjadi
|
Tahap
4: Kejadian sosial dan hati nurani. “Bagaimana jika orang lain
melakukannya?” Orang-orang lebih memikirkan untuk melakukan tugas mereka,
menunjukkan rasa hormat pada kuasa yang lebih tinggi, dan melakukan
permintaan sosial. Menganggap suatu perbuatan salah apapun alasan dan
keadaannya jika menyakiti orang lain.
|
|
Level
III: Pasca Konvensional (masa remaja awal, atau masa dewasa awal atau tidak
sama sekali)
|
Tahap
5: Kontrak moral, hak-hak individu, dan penerimaan hukum secara demokratis.
Dalam tahap ini, orang-orang berfikir rasional, menilaiberdasarkan pada
keinginan mayoritas dan kesejahteraan sosial. Biasanya, mereka melihat
nilai-nilai ini sebagai ketaatan pada hukum. Disaat mereka menyadari bahwa
saat di mana kebutuhan manusia bertentangan dengan hukum, mereka percaya
bahwa akan lebih baik jika mematuhi hukum
|
Tahap
6: Moral prinsip etika universal. Dalam tahap ini, orang-orang
melakukan apa yang menurut mereka (sebagai seorang individu) anggap benar,
apapun batasan legalnya atau opini orang lain. Mereka bertindak dengan
standar internal, dengan menyadari bahwa mereka akan mencela diri mereka
sendiri jika tidak dilakukan.
|
BAB
III
PEMBAHASAN
1. Hubungan Antara Teori Moral
Reasoning Piaget dan Teori Moral Kohlberg
Pada
dasarnya, teori Kohlberg dan Piaget berisi dasar pemikiran yang sama dimana
dalam teori keduanya mempunyai tiga tahap perkembangan Moral Reasoning.
Pada
teori Piaget, tahap pertama (usia 2-7 tahun) ditandai dengan anak yang
cenderung mematuhi aturan secara kaku (hanya menilai sesuatu sebagai benar dan
salah tanpa melihat alasan dari suatu tindakan). Dikarenakan anak-anak memiliki
tipe egosentrik, mereka hanya dapat melihat masalah-masalah dari satu sudut
pandang. Anak-anak mempercayai bahwa aturan tidak dapat diubah, perilaku hanya
dapat dinilai dengan ukuran benar dan salah. Perilaku yang salah, apapun
bentuknya pantas diberi hukuman.
Tahap
kedua (7-11 tahun) ditandai dengan meningkatnya fleksibilitas, dimana saat anak
dapat berinteraksi dengan lebih banyak orang dan dapat melihat dari sudut
pandang lebih luas, mereka sudah mulai bisa mengembangkan konsep dimana
terdapat satu standar yang absolut mengenai sesuatu yang benar dan salah, juga
dapat mengembangkan perasaan untuk menilai berdasarkan keadilan dan
kesamarataan. Pada tahap ini anak dapat membuat penilaian moral yang lebih
kompleks, karena mereka sudah dapat melihat suatu situasi lebih dari satu
aspek.
Tahap
ketiga (11-12 tahun) anak sudah dapat mengerti formal reasoning, tahap
dimana perkembangan moral mulai muncul. Anak pada tahap ini memiliki keyakinan
bahwa seseorang harus diperlakukan sebagaimana ia memperlakukan orang lain. Di
tahap ini anak sudah mulai dapat memperhitungkan situasi dengan lebih spesifik.
Kohlberg
mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula
diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui
tahap-tahap konstruktif. Tahapan-tahapan itu adalah Pra-Konvensional,
Konvensional, dan Pasca-Konvensional. Pra-Konvensional mempunyai cakupan usia
antara 4 s/d 10 tahun, Konvensional mempunyai batasan usia 10 hingga 13 tahun
atau lebih, sedangkan tahap Pasca-Konvensional biasanya muncul pada usia remaja
awal atau usia dewasa awal atau malah tidak sama sekali (Papalia, 2008).
Biasanya, manusia yang tidak mencapai tahap ini ‘terjebak’ di tahap
konvensional dan tidak berkembang lagi.
2. Perkembangan Moral Anak
dari Zaman Dulu sampai Sekarang dalam Kebudayaan Indonesia
Perkembangan
moral anak-anak usia tengah sampai akhir berubah dan berevolusi dari zaman-ke
zaman. Tentunya moral kanak-kanak pada masa sekarang berbeda dengan moral
anak-anak zaman sebelum masa sekarang ini. Khususnya pada anak-anak
dengan adat ketimuran seperti yang akan dibahas kali ini.
Indonesia
terkenal sebagai negara dengan penduduk yang sangat ramah, baik penduduk yang
usia tua maupun yang masih anak-anak. Tentunya keramah-tamahan ini dibentuk
sejak kita masih anak-anak. Salah satu fasenya adalah masa anak-anak tengah
sampai akhir dimana pada fase ini anak-anak berusia 6 sampai 11 tahun. Entah
mengapa masa sekarang ini keramah tamahan anak hilang begitu saja seiring
perkembangan zaman. Anak seperti acuh terhadap orang lain dan lingkunganya.
Tentunya tidak hanya keramah tamahan saja yang lenyap dari diri seorang anak.
Hal lain (yang kebanyakan bersifat baik) telah hilang pada dewasa ini.
Banyak
yang berbeda dari diri anak usia tengah pada masa dulu dan sekarang. Banyak
juga faktor yang mempengaruhinya terlebih lagi bila menyangkut moral. Kebiasaan
berpamitan dengan sopan seperti mencium tangan kedua orang tua telah lenyap,
yang ada sebelum berangkat sekolah anak-anak lebih mementingkan meminta uang
jajan daripada restu orang tua. Kebiasaan belajar pada malam hari juga telah
luntur,padahal dari cerita orang tua zaman dulu, pada saat beliau memasuki masa
anak-anak seperti pada saat SD, jam 7 mereka harus belajar dan mereka
ditungggui orang tua pada saat mereka belajar. Tak ada istilah menonton
televisi, ataupun bermain game. Begitu pula saat pulang sekolah, harus langsung
tidur siang, bukanya melakukan kegiatan lainya. Sekarang ini, jika pulang
sekolah anak-anak telah disuguhi berbagai macam fasilitas yang membuat mereka
lebih mementingkan itu semua daripada beristirahat. Moral berbangsa yang dapat
ditunjukan pada usia mereka juga sekarang cenderung berubah (dalam artian
berkurang). Di lingkungan sekolah juga misalanya, anak-anak dulu selalu
semangat ketika mengikuti acara upacara bendera, baik pada hari senin , atau
hari-hari tertentu, mereka juga berlomba-lomba untuk menjadi petugas upacara,
hal ini tidak dapat dilihat pada masa sekarang. Anak-anak seperti cenderung
terpaksa dalam mengikuti upacara tersebut. Tentunya masih banyak lagi
perbedaan-perbedaan yang lainya, yang mengacu pada moral si anak.
Banyak
perbedaan, banyak pula faktor yang mempengaruhinya, seperti perkembangan
teknologi. Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, anak-anak telah disuguhkan
berbagai macam fasilitas yang dapat menggodanya, tapi fasilitas ini tak
selamanya mendukung si anak, malah membuat si anak berubah, menjadi malas
misalnya. TV, internet, handphone, video game, adalah beberapa contoh
kemajuan teknologi yang bisa berdampak buruk bagi perkembangan moral anak-anak.
Selain perkembangan teknologi, hal lain yang mempengaruhinya adalah cara orang
tua ataupun guru dalam mendidik anak tersebut. Yang dapat dilihat sekarang ini
para orang tua lebih menggunakan jalan pintas dalam mendidik sang anak. Dalam
pemilihan sekolah favorit misalnya para orang tua sekarang ini (kebanyakan yang
berekonomi menengah ke atas) rela membayar berapapun supaya anak mereka dapat
bersekolah di sekolah tersebut. Hal ini berpengaruh pada moral dan diri sang
anak. Si anak ikut berfikir dan merasakan bahwa apa yang mereka inginkan dapat
mereka dapatkan begitu saja karena orang tua mereka. Banyaknya lembaga-lembaga
bimbingan belajar juga berpengaruh, daripada membelajari anaknya
sendiri,menunggui mereka belajar, menanyakan ada yang sulit atau tidak, para
orang tua lebih memilih mengikutkan aanaknya les di lembaga bimbingan belajar
tersebut. Memang baik untukmenyertakan anak untuk mengambil kelas tambahan di
lembaga bimbingan belajar, tetapi tidak menyerahkan semua hal yang berkenaan
dengan pendidikan mereka di lembaga tersebut, orang tua juga harus mendampingi
anaknya, mengetahui seberapa besar kemampuan anaknya, dan mengajari mereka
dengan metode-metode yang lebih bersifat kekeluargaan,dilandasi kasih sayang,
dan menitikberatkan pada kejujuran dan kemampuan mereka sendiri.
Dibalik
itu semua, tentunya juga ada hal-hal yang bersifat positif pada anak-anak masa
usia tengah sampai akhir pada zaman sekarang daripada zaman dulu. Salah satunya
seperti anak sekarang lebih mudah dalam mendapatkan akses dalam bidang
pendidikan dan informasi seperti fasilitas internet,video-video
pembelajaran,tersedianya lembaga bimbingan belajar,dll. Anak anak juga lebih
dapat menguasai teknologi bahkan lebih dari orang tua mereka. Selain itu,
anak-anak juga lebih bisa menghargai perbedaan karena di era globalisasi ini,
banyak kebudayaan yang tercampur, sehingga anak-anak cenderung lebih dekat
dengan perbedaan-perbedaan itu sendiri.
Itu
semua adalah perbedaan moral anak-anak masa tengah sampai akhir pada zaman dulu
dan sekarang. Tergantung bagaimana kita menyingkapinya dan memilih apa yang
baik agar dapat diambil dan yang buruk dapat ditinggalkan dalam mendidik
anak-anak tersebut.
3. Peran Keluarga dan
Sekolah dalam Perkembangan Moral Anak
Berdasarkan
observasi yang telah dilakukan, perkembangan moral anak-anak usia tengah dan
akhir masih cenderung terkontrol oleh orang-orang dewasa di sekitarnya. Hal ini
dapat ditunjukkan dengan 97% dari sampel yang diambil selalu berpamitan pada
orangtuanya sebelum berangkat ke sekolah, yang mengindikasikan bahwa anak-anak
masih menghargai orang tua mereka, serta 81% anak mengaku tidak pernah
menyembunyikan nilai yang buruk dari orangtua, hal ini menunjukkan kejujuran
yang ditunjukkan anak-anak tersebut kepada orangtu mereka, meskipun kejujuran
itu sendiri bukanlah hal yang baik. Tetapi, dari 80 responden, hanya 40 yang
mengaku masih belajar (diluar pelajaran formal yang diberika sekolah) bersama
orang tua. Dan 40 yang lainnya mengaku belajar sendiri atau belajar bersama
guru les. Hal ini menunjukkan ada kemungkinan orang tua tidak mempunyai waktu
untuk mengajari anak-anaknya atau orang tua tidak percaya diri untuk mengajari
anak-anak mereka.
Selain
lingkungan keluarga, sekolah juga mempunyai peran dalam perkembangan moral
anak, hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa 70%
anak usia tengah dan akhir tidak pernah mencontek, terlebih lagi, saat diberi
suatu dilema antara ingin mendapat nilai yang bagus tetapi harus mencontek atau
beresiko mendapat nilai yang jelek tanpa mencontek, mayoritas lebih memilih
untuk tetap pada standar moral yang ada, yaitu tidak mencontek. Selain itu 96%
dari sampel yang diambil mengaku selalu mendengarkan guru yang sedang
menjelaskan di kelas.
Pengaruh
tidak datang dari lingkungan keluarga atau sekolah saja, tetapi dari
perkembangan zaman juga. Ditemukan, bahwa 50% responden terganggu proses
belajarnya karena pengaruh TV, internet, dan handphone. Jadi, perlu ada
pengawasan ketat tentang apa yang mempengaruhi anak selain dari lingkungan
keluarga dan sekolah
4. Perkembangan Moral Anak
secara Ideal dan Realitanya
Telah
kita ketahui bersama bahwa perkembangan anak juga sangat dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar. Maka dari itu, demi tumbuh kembang anak yang optimal dan
maksimal, sangatlah diperlukan dukungan dari lingkungan sekitar kehidupan anak
tersebut, sehingga pengaruh yang diberikan juga berdampak baik. Orangtua
sebagai faktor utama penentu kepribadian anak haruslah mendidik dan membesarkan
anak secara benar dan diperlukan pula penanaman moral dan nilai-nilai kepada
anak semenjak usia dini. Sekolah sebagai rumah kedua bagi anak juga diharapkan
dapat memberikan pengaruh yang positif bagi perkembangan anak. Di sekolah anak
bertemu banyak sekali individu yang tentunya sangat berpotensi untuk
mempengaruhi kepribadian dan tumbuh kembang anak, seperti teman-teman dan guru.
Agar perkembangan anak selalu terarah pada perkembangan yang positif,
diperlukan pula dukungan dari individu-individu di atas. Kita tahu kondisi jiwa
anak sangatlah labil sehingga anak sangat mudah terpengaruh oleh apa yang ia
lihat di sekitarnya.
Perkembangan
zaman juga membawa dampak bagi perkembangan anak, sehingga terdapat perbedaan
yang cukup mencolok antara perkembangan moral anak zaman dahulu dan zaman
sekarang, seperti yang telah kami paparkan di atas. Canggihnya teknologi saat
ini tentunya sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral anak. Adanya
televisi, internet, dan handphone misalnya, membuat anak seakan memiliki dunia
sendiri sehingga kurang bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, berbeda dengan
anak pada zaman dahulu yang kegiatannya bermain bersama teman-temannya.
Tayangan televisi seperti film, sinetron, atau infotainment yang ditonton oleh
anak baik secara sengaja maupun tidak sengaja tentunya juga akan berpengaruh.
Anak cenderung meniru apa yang dilihat dan disukainya, maka dari itu dalam hal
ini diperlukan pengawasan dan pengaruh baik dari orang-orang sekitar terutama
orang tua untuk mengawasi si anak, memberikan pengaruh baik, dan memastikan
selalu perkembangan anak ada pada jalan yang benar.
Bagaimana
realita perkembangan anak sekarang? Akan kami bahas dimulai dari bagaimana
pengaruh lingkungan sekitar terlebih dahulu. Memasuki zaman modern seperti saat
ini, orangtua, terlebih yang memiliki karier tentunya akan selalu sibuk dengan
rutinitas kesehariannya sehingga terkadang kurang memperhatikan perkembangan
anaknya. Ada orangtua yang memasrahkan anaknya pada baby sitter sehingga
pengawasan dan pemantauan akan perkembangan anaknya jadi berkurang. Indikasi
ini dapat terlihat dari hasil observasi kami. Dari semua responden kami, anak
kelas 3 dan 6 SD hanya sekitar 50% yang memiliki kesempatan belajar bersama
orangtuanya. Padahal pendekatan orangtua pada usia dini seperti itu sangat
berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya, misal akan berpengaruh pada
moral, etos belajar, dan sebagainya. Faktor lingkungan sekolah juga berperan
kuat karena 6 hari dalam seminggu anak berada di sekolah, tentunya pengaruh
sekolah juga terlihat dalam perkembangan anak. Pengaruh teman-teman sepermainan
adalah yang menjadi pokok utamanya. Banyak kebiasaan anak, baik ataupun buruk,
yang dipengaruhi karena meniru teman atau sekedar ikut-ikutan teman
sepermainan. Seharusnya teman-teman juga dapat mendukung. Dari observasi kami,
terlihat bahwa dari semua responden, 70% mengatakan jarang bertengkar dengan
teman, 23% mengatakan sering dan sisanya tidak pernah bertengkar dengan teman.
Hal ini mengindikasikan pada konteks atau situasi seperti ini, teman-teman akan
dapat memberikan pengaruh yang cukup baik.
BAB
IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Teori
Moral Reasoning Kohlberg terinspirasi dari teori Piaget. Dapat kita lihat bahwa
teori Kohlberg ini mengkategorikan moral dengan tahapan-tahapan yang
konstruktif, seperti yang diteliti oleh Piaget. Secara struktural, kedua teori ini
sangat terlihat hubungannya. Tetapi, teori Kohlberg dijelaskan dengan sedikit
lebih kompleks serta cakupan usia yang digunakan juga lebih luas yaitu dari
masa kanak-kanak hingga pencapaian terakhir manusia dalam perkembangan moral,
sedangkan teori Piaget hanya menjelaskan perkembangan moral kanak-kanak.
Perkembangan
moral masa kanak-kanak tengah dan akhir pada zaman dulu dan sekarang telah
bergeser.Pergeseran tersebut cenderung bergerak ke arah yang lebih negatif.
Dengan banyaknya dampak globalisasi, dan batasan-batasan yang ada dalam
masyarakat juga semakin bergeser. Tetapi, justru dengan adanya globalisasi
tersebut, anak-anak lebih didekatkan dengan perbedaan, sehingga dapat menerima
dan mengerti perbedaan yang ada.
Pada
perkembangan moral anak-anak usia tengah dan akhir, peran orangtua memang
besar, terbukti dengan hampir semua responden masih menghargai orangtuanya.
Sedangkan peran sekolah dalam membentuk pola standar yang diikuti oleh
anak-anak juga berperan sangat besar, di mana anak-anak berusaha untuk mematuhi
aturan yang ada, berusaha menyenangkan lingkungan sekitarnya, serta seakan
takut untuk menghadapi hukuman yang ada. Hal ini membuktikan teori Kohlberg
pada level Pra-Konvensional di tahap 2, serta level Konvensional pada tahap 3.
Menurut
Kohlberg, usia anak-anak tengah dan akhir cenderung baru mengenal dunia sosial,
dan berusaha untuk memenuhi permintaan sosial. Dalam realita, hal ini terlihat
dengan intensitas pertengkaran yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden
jarang bertengkar dengan teman, yang menunjukkan bahwa anak usia ini lebih suka
untuk tidak membuat orang lain tidak senang
2. Saran
Agar
seorang anak dapat berkembang dengan moral yang baik, maka orang tua yang bijak
harus dapat mengawasi lingkungan bermain anak. Karena lingkungan bermain
merupakan faktor yang paling besar dalam pembentukan moral si anak. Di samping
itu, dalam mendidik anak, orang tua harus berpedoman pada nilai-nilai agama dan
adat-istiadat yang berlaku di tempat tinggalnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Buku
Papalia,
dkk. 2008. A Child’s World: Infancy Through Adolescence. New York:
McGraw-Hill.
Santrock,
John. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Situs
Internet
Alhamdullah selesai,,,
BalasHapus