Oktober 28, 2011

Pendidikan


PENDEKATAN INQUIRI DALAM MENGAJAR
 Jum,at 28 Oktober 2011
Kata inkuiri berarti menyelidiki dengan cara mencari informasi dan melakukan pertanyaan-pertanyaan. Dengan pendekatan inkuiri ini pembelajar dimotivasi untuk aktif berpikir, melibatkan diri dalam kegiatan dan mampu menyelesaikan tugas sendiri. Para ahli pendidikan dan juga para pengajar cenderung menggunakan istilah pendekatan inkuiri. Pendekatan inkuiri sering digunakan bergantian dengan pendekatan penemuan. Dalam bahasa Inggris disebut “discovery approach” yang artinya ialah penyelidikan melalui pencarian informasi atau pertanyaan-pertanyaan. Ada kaitan erat antara menyelidiki dengan penemuan.
 Pendekatan Inkuiri dan Pendekatan Penemuan dalam Kegiatan Belajar Mengajar
 Kedua model pembelajaran yaitu pendekatan inkuiri dan pendekatan penemuan berorientasi pada pengolahan informasi dengan tujuan melatih pembelajar memiliki kemampuan berpikir untuk dapat menemukan dan mencari sesuatu pengetahuan secara ilmiah. Dengan pendekatan inkuiri, pembelajaran dimaksudkan untuk membanru pembelajar secara ilmiah, terampil mengumpulkan fakta, menyusun konsep, menyusun generalisasi secara mandiri.
 Menurut Sund pembelajar dengan penemuan akan membantu pembelajar menggunakan proses mental dengan mengamati, membuat penggolongan, membuat dugaan, mengukur, menjelaskan dan menarik kesimpulan. Konsep misalnya. konsep dingin, segiempat, masyarakat, kata, frase dan kalimat. Prinsip misalnya. logam kalau dipanasi mengembang, semua kalimat pasif berawalan di.
 Pembelajaran dengan penemuan dapat dilakukan dengan melibatkan pembelajar dalam proses kegiatan belajar yang menggunakan proses mental melalui tukar pendapat atau diskusi, seminar dsb. Pembelajaran dengan inkuiri mempunyai proses mental yang lebih kompleks; sebagai contoh, merancang eksperimen, menganalis data, menarik kesimpulan dsb. Dalam pelaksanaan inkuiri dibutuhkan sikap-sikap objektif, jujur, terbuka, penuh dorongan ingin tahu dan tangguh dalam pendirian.
 Menarik kesimpulan di atas, bahwa pendekatan penemuan dalam kegiatan belajar mengajar mengutamakan kegiatan pembelajar dengan menggunakan proses mental. Tujuan berikutnya ialah pembelajar akan menemukan konsep dan prinsip. Konsep dan prinsip itu ditentukan sebagai hasil atau akibat adanya pengalaman belajar yang telah diatur secara seksama oleh pengajar.
 Contoh : Praktik penyelidikan di laboratorium atau tugas observasi pada pelajaran Bahasa Indonesia dalam membahas salah satu karya sastra. Hasilnya dapat diramalkan sebelumnya sesuai dengan “pengaturan” pengajar.
 Sebaliknya pendekatan inkuiri yang digunakan dalam kegiatan belajajar mengajar, struktur pcristivva belajar bersifat tcrbuka. Kemungkinan lain pembelajar “dilepas” aiau diberi kesempatan bebas untuk mencari sesuatu sampai menemukan hasil belajar melalui proses-proses,
 a. Asimilasi yaitu memasuldcan hasil pengamatan ke dalam struktur kognitif yang telah ada pada pembelajar.
 b. Akomodasi yaitu mengadakan perubahan-perubahan dengan pengertian penyesuaian alam struktur kognitif sehingga sesuai dengan gejala (fenomena) baru yang diamati.
 Menurut J. Richard Suchman, tentang hakikat proses inkuiri model teori inkuiri dan komponen-komponen penting untuk inkuiri yang efektif, menjelaskan bahwa proses inkuiri terutama ditujukan kepada kreativitas. Suchman tertarik pada kata “pengertian” dan bagaimana pengertian itu terbentuk pada diri pembelajar. Dengan kata lain, bagaimana pembelajar mengadakan respon (reaksi) kalau datang stimulus (rangsang) pada persepsinya.
 Selanjutnya, J.R. Suchman berpendapat bahwa setiap individu mempunyai organisator tertentu yang dapat ditarik untuk membawakan beberapa pengertian terhadap sesuatu objek baru. Oleh Sucliman dijumpai empat identifikasi organisator yaitu,
 1. Persepsi yang berisi jumpaan-jumpaan sebelumnya
 2. Sistem yang mengatur secara kesatuan fungsi
 3. Data yang berisi keterangan dan informasi
 4. Kesimpulan hasil analisis data
 Setiap orgamsator dapat disimpan untuk penggunaan waktu yang akan datang.
 Organisator ini saling berkaitan erat sekali, tetapi dapat juga sebaliknya yaitu berbeda atau bertentangan. Pengajar hendaknya mendorong jenis inkuiri pada pembelajar bahkan memberi saran kepada pengajar bahwa ia harus,
 a. Menciptakan kebebasan untuk memiiiki dan mengekspresikan ide-ide atau gagasan dan
 mengetesnya dengan data.

b. Menyediakan suatu lingkungan yang responsif sehingga setiap ide didengar dan dapat
 dimengerti, dipahami oleh setiap pembelajar dapat memperoleh data yang dibutuhkan.
 c. Membantu setiap pembelajar menemukan suatu jalan untuk bergerak maju.
 Tujuan Proses Inkuiri yang diajukan Suchman merupakan pemikiran yang mantap yang implikasinya dapat untuk memperbaiki pendidikan pengajar dan untuk peningkatan peristiwa kegiatan belajar mengajar. Seorang pengajar hendaknya dapat mengembangkan proses inkuiri dengan memusatkan pada masalah-masalah yang perlu dipecahkan oleh pembelajar. Orientasi guru ialah “memandang” pembelajar sebagai individu yang memiiiki potendi yang perlu dikembangkan. Pengajar selalu mengutamakan pertumbuhan dan peningkatan kognitif dan perkembangan kreativitas pembelajar. Mengajar bertujuan mengembangkan bakat-bakat dan membantu pengajar mengembangkan konsep dirinya

Proses belajar ini dapat dilakukan melalui beberapa aktivitas yakni,
 1. Bertanya, artinya tidak semata-mata mendengarkan dan mengha’fal.
 2. Bertinda. artinya tidak semata-mata melihat dan mendengarkan.
 3. Mencari. artinya tidak semata-mata mendapatkan.
 4. Menemukan problem, artinya tidak semata-mata mempelajari fakta-fakta.
 5. Menganalisis, artinya tidak semata-mata mengamati.
 6. Membuat sintesis, artinya tidak semata-mata membuktikan
 7. Beipikir artinya tidak semata-mata melamun atau membayangknn.
 8. Menghasilkan atau memprodusir. artinya tidak semata-mata menggunakan.
 9. Menyusun, artinya tidak semata-mata mengumpulkan.

10. Menciptakan, artinya tidak semata-mata memproduksi kembaii.
 11. Menerapkan. artinya tidak semata-mata mengingat-ingat.
 12. Mengekspresimenkan, artinya tidak semata-mata membenarkan,
 13. Mengkritik, artinya tidak semata-mata menerima
 14. Merancang, artinya tidak semata-mata beraksi.
 15. Mengevaiuasi, artinya tidak semata-mata mengulangi.

Beberapa kondisi yang diperlukan untuk proses belajar inkuiri
 a. Kondisi yang fleksibel, bebas, terbuka untuk berinteraksi.
 b. Kondisi lingkungan yang responsif.
 c. Kondisi yang memudahkan untuk memusatkan perhatian.
 d. Kondisi yang bebas dan tekanan.
 Untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan inkuiri secara mantap yang dibutuhkan pengajar yang mampu berperan, karena aktivitas banyak terjadi pada din pembelajar.
 Peranan Pengajar dalam proses belajar mengajar dengan pendekatan Inkuiri adalah,
 1. Pengajar mampu menstimulasi (memberi rangsangan dan menentang pembelajar untuk berpikir).
 2. Pengajar mampu memberi dukungan untuk inkuiri.
 3. Pengajar mampu memberikan fleksibilitas (kesempatan dan keluwesan serta keberrsamaan
 untuk berpendapat, berinisiatif atau berprakarsa) dan bertindak.
 4. Pengajar mampu mendiagnosis kesulitan-kesuhtan pembelajar dan membantu mengatasi-
 nya.
 5. Pengajar mampu mengidentifikasi dan menggunakan kemampuan mengajar serta waktu mengajar dengan sebaik-baiknya.
 Akan tetapi dalm proses belajar mcngajar hal-hal yang perlu mendapat rangsangan (stimulus) adalah,
 a. Adanya hak dan otonomi pembelajar.
 b. Kebebasan dan dukungan terhadap pembelajar.
 c. Sikap keterbukaan.
 d. Percaya kepada diri sendiri dan kesadaran akan harga diri.
 e. Adanya konsep dirinya (self-concept).

f. Pengalaman inkuiri, menunjukkan terlibat dalam masalah-masalah.

.

Segi Keuntungan Mengajar dengan Menggunakan Pendekatan Penemuan dan
 Pendekatan Inkuiri
 1. Pengajaran berpusat pada diri pembelajar
 Salah satu prinsip psikologi belajar menyatakan bahwa makin besar dan makin sering keterlibatan pembelajar dalam kegiatan makin besar baginya untuk mengalami proses belajar. Dalam proses belajar inkuiri, pembelajar tidak hanya belajar konsep dan prinsip, tetapi juga mengalami proses belajar tentang pengarahan diri, pengendalian diri, tanggung jawab dan komunikasi sosial secara terpadu.
 2. Pengajaran inkuiri dapat membentuk self concept (konsep diri), sehingga terbuka
 terhadap pengalaman-pengalaman baru, lebih kreatif, berkeinginan untuk selalu mengambil
 kesempatan yang ada dan pada umumnya memiliki mental yang sehat.
 3. Tingkat pengharapan bertambah, yaitu ada kepercayaan diri serta ide tertentu bagaimana
 ia dapat menyelesaikan suatu tugas dengan caranya sendiri.
 4. Pengembangan bakat dan kecakapan individu, Lebih banyak kebebasan dalam proses
 belajar mengajar berarti makin besar kemungkinannya untuk mengembangkan kecakapan,
 kemampuan dan bakat-bakatnya.
 6. Dapat memberi waktu kepada pembelajar unuk mengashnilasi dan mengakomodasi informasi. Belajar yang sesungguhnya yaitu jika pembelajar bereaksi dan bertindak terhadap informasi melalui proses mental.
 6. Dapat menghindarkan pembelajar dari cara-cara belajar tradisional yang bersifat
 Jerome Bruner, melihat beberapa segi keuntungan dari pendekatan penetnuan.
 a. Pembelajar akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih banyak dan lebih baik.
 b. Membantu pembelaj.ar menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar
 yang baru. Mendorong pembelajar berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
 d. Mendorong (memotivasi) pembelajar berpikir dan merumuskan hipotesis serta
 membuktikannya melalui proses belajar. ,
 .
 e. Memberi kepuasan yang bersifat instrinsik.

f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang.
 g. pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh bersifat merangsang kegairahan belajar.

Di samping keuntungan ada juga kelemahan-kelemahan dalam pendekatan inkuiri.
 1. Diperlukan keharusan kesiapan mental untuk cara belajar. Dengan percaya diri yang kuat.
 Pembelajar harus mampu menghilangkan hambatan.
 2. Kalau pendekatan inkuiri diterapkan dalam kelas dengan jumlah pembelajar yang besar,
 kemungkinan besar tidak berhasil.
 3. Pembelajar yang terbiasa belajar dengan pengajaran tradisional yang telah dirancang
 pengajar, biasanya agak sulit untuk memberi dorongan. Lebih-lebih kalau harus belajar
 mandiri. Dampaknya dapat mengecewakan pengajar dan pembelajar sendiri.
 4. Lebih mengutamakan dan mementingkan pengertian, sikap dan keterampilan memberi
 kesan terlalu idealis.
 Ada kesan dananya terlalu banyak, lebih-lebih kalau penemuannya kurang berhasil, hanya
 merupakan suatu pemborosan belaka



Jenis Strategi Pembelajaran
 Jum,at 28 Oktober 2011 
Dalam interaksi kegiatan pembelajaran di kelas, baik pengajar maupun peserta didik mempunyai peranan yang sama pentingnya. Perbedaaannya terletak pada fungsi dan peranannya masing-masing. Pengajar tentunya harus mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu dibandingkan peserta didiknya, yang akan digunakan untuk membelajarkan peserta didik. Untuk itu peranan pengajar dalam kegiatan pembelajaran ialah berusaha secara terus menerus untuk membantu peserta didiik membangun potensi yang dimilikinya. Pengajar harus memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran.
 Dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran diperlukan pendekatan tertentu. Pendekatan merupakan sudut pandang atau titik tolak untuk memahami seluruh persoalan alam proses pembelajaran. Sudut pandang menggambarkan cara berfikir dan sikap seorang pengajar dalam menjalankan atau melaksanakan profesinya. Seorang pengajar yang profesional tidak hanya berpikir tentang apa yang akan diajarkan dan bagaimana diajarkan, tetapi juga tentang siapa yang akan menerima pelajaran, apa makna belajar bagi peserta didik, dan kemampuan apa yang ada pada peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini berimplikasi bahwa seorang pengajar harus mengetahui dan menguasai berbagai strategi pembelajaran dalam proses kegiatan pembelajarannya. Pengajar harus pandai memilih strategi pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat belajar secara efektif dan efisien, serta mencapai tujuan yang diharapkan. Strategi pembelajaran merupakan kegiatan pembelajaran yang dipilih oleh pengajar dalam proses pembelajaran yang dapat membantu dan memudahkan peserta didik ke arah tercapainya tujuan pengajaran tertentu.

Strategi Pembelajaran Berdasarkan Penekanan Komponen Dalam Program Pengajaran
 Seperti telah dikemukakan di atas, berdasarkan komponen yang mendapat tekanan dalam program pengajaran,terapat tiga macam strategi pengajaran, yaitu (1) strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar, (2) strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, dan (3) strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran.
1. Strategi Pembelajaran yang berpusat pada Pengajar
 Strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar merupakan strategi yang paling tua, disebut juga strategi pembelajaran tradisional. Ada yang berpendapat bahwa mengajar adalah menyampaikan informasi kepada peserta didik. Dalam pengertian demikian, tekanan strategi pembelajaran berada pada pengajar itu sendiri. Pengajar berlaku sebgai sumber informasi yang mempunyai posisi sangat dominan. Pengajar harus berusaha mengalihkan pengetahuannya kepada peserta didik dan menyampaikan keterang atau informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik. Belajar dalam pendekatan ini adalah usaha untuk menerima informasi dari pengajar sehingga dalam aktivitas pembelajaran peserta didik cenderung menjadi pasif. Strategi pembelajaran yang berpusat pada pengajar ini disebut dengan teacher center strategies.
 Teknik penyajian pelajaran yang paralel dengan strategi pembelajaran ini adalah teknik ceramah, teknik demonstrasi, dan teknik antar disiplin.
2. Strategi Pembelajaran yang berpusat pada Peserta Didik
 Tujuan mengajar adalah membelajarkan peserta didik. Membelajarkan berarti meningkatkan kemampuan peserta didik untuk memproses, menemukan, dan menggunakan informasi bagi pengembangan diri peserta didik dalam konteks lingkungannya. Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, atau student center strategies, bertitik tolak pada sudut pandang yang memberi arti bahwa mengajar merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Mengajar dalam arti ini adalah usaha untuk menciptakan suasana belajar bagi peserta didik secara optimal. Yang menjadi pusat perhatian adalah peserta didik, menitik beratkan pada usaha meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menemukan,memahami, dan memproses informasi.
 Peserta didik bukan ojek pendidikan karena sebagai manusia ia adalah subjek dalam modalitas. Dalam proses pembelajaran peserta didik berusaha secara aktif untuk mengembangkan dirinya di bawah bimbingan pengajar. Oleh karena itu, dalam kegiatan pembelajaran peserta didik harus diperlakukan dan memperlakukan dirinya bukan sebagai objek, tetapi sebagai subjek aktif.dalam proses pembelajaran peserta didik adalah manusia yang menjalani perubahan untuk menjadikan dirinya sebagai seorang individu dan personal yang mempunyai kepribadian dengan kemampuan tertentu. Dengan kata lain, aktualisasi diri (self actualization).
 Berdasarkan pemahaman tersebut,strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik adalah strategi pembelajaran yang memberi kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk aktif dan berperan dalam kegiatan pembelajaran. Dalam strategi pembelajaran ini pengajar berperan sebgai fasilitator dan motivator. Pengajar membantu peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara utuh sehingga pengajar harus mengenal potensi-potensi yang dimiliki peserta didik untuk dikembangkan.
 Teknik yang paralel dengan strategi pembelajaran iniadalah tekni inquiri (inquiry), teknik satuan pengajaran (unit teaching), teknik advokasi, teknik diskusi, teknik kerja kelompok, teknik penemuan (discovery), teknik eksperimen, teknik kerja lapangan, tenik sosiodrama, teknik non directive, dan teknik penyajian khusus.

3. Strategi Pembelajaran yang berpusat pada Materi Pengajaran
 Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal dan materi informal. Materi formal adalah pelajaran yang terdapat dalam buku teks resmi di sekolah sedangkan materi informal adalah bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan sekolah yang bersangkutan. Bahan-bahan yang bersifat informal ini dibutuhkan agar pengajaran lebih relevan dan aktual atau berdasarkan situasi nyata.
 Pendidikan yang berlangsung di lembaga pendidikan formal adalah pendidikan yang terarah pada tujuan tertentu. Salah satunya berorientasi pada disiplin ilmu pengetahuan, yang mengantar peserta didik pada penguasaan ilmu pengetahuan atau materi pengajaran. Sehubungan dengan itu, maka strategi pembelajaran diarahkan dan disusun berdasarkan disiplin ilmu pengetahuan atau materi pengajaran yang menjadi sasarannya. Pada hakikatnya, suatu strategi pembelajaran terdiri atas semua komponen materi atau paket pengajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran tertentu.
 Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran, atau yang disebut dengan material center strategies bertitik tolak pada pendapat yang mengemukakan bahwa belajara adalah usaha untuk memperoleh dan menguasai informasi. Dalam hal ini,strategi pembelajaran dipusatkan pada materi pelajaran. Menurut Gulo (2002) dalam strategi ini perlu diperhatikan dua hal.
Pertama, kecenderungan pada dominasi kognitif dimana pendidikan afektif dan keterampilan kurang mendapat perhatian yang memadai dalam kerangka peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Kedua, materi pelajaran yang disampaikan di kelas dan yang dimuat dalam buku teks, akan makin usang dengan makin pesatnya perkembangan dalam bidang pengetahuan dan teknologi. Materi pelajaran lebih berfungsi sebagai masukan (input) yang akan berbaur dalam proses pembelajaran.
 Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi berkembang seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang disertai arus globalisasi yang berakibat pengajar tidak lagi menjadi sumber informasi. Sekolah tidak mungkin lagi menjadi satu-satunya sumber informasi, karena banyak media yang dapat digunakamn untuk mendapatkan informasi, seperti melalui media massa dan elektronik.
 Teknik penyajian yang paralel dengan strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pelajaran adalah tutorial, teknik modular, dan teknik pengajaran terpadu (antardisiplin), teknik secara kasuistik, teknik kerja lapangan, teknik