Dasar-dasar cinta kepada Allah adalah makrifat, sebab seseorang itu tidak mungkin mencintai sesuatu tanpa mengenal bentuk dan kepribadian terhadap orang yang hendak dicintai. Seorang hamba bisa dikatakan sudah sampai kepada Allah dengan benar-benar makrifat, maka akan timbul dalam dirinya rasa cinta, rindu, dan kasih kepada Allah, karena cinta itu buah dari hasil mengenal, yaitu kenal dengan Allah. Oleh karena itu tidak mungkin seseorang itu jatuh cinta kalau tidak kenal terlebih dahulu. Orang yang telah jatuh cinta itu akan memberikan apa saja termasuk nyawanya sendiri kepada orang yang ia cintai. Begitu juga jika seorang hamba telah jatuh cinta kepada Allah, ia akan berusaha untuk memberikan apa yang Allah minta darinya, seperti Nabi Ibrahim dengan rasa cinta yang sangat dalam kepada Allah swt. ia rela memberikan Ismail kepada Allah sebagai wujud cinta yang hakiki.
Seseorang hamba timbul rasa cinta di hatinya kepada Allah, karena adanya dorongan rasa keindahan yang hadir dalam jiwa yang bersih, melihat dengan penyaksian akan wujud Allah yang haq dan mutlak dengan kejujuran yang timbul dari dalam jiwa yang bersih, dan kebeningan mata hati rohani, sehingga seluruh hawa nafsu telah ditawan oleh cinta, lalu ia tenggelam dalam lautan cinta, tidak ada lagi yang ia pedulikan karena ia telah bersatu melebur menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, yaitu ia telah merasakan nikmatnya bercinta kepada Allah.
Selanjutnya seorang hamba yang larut dalam lautan cinta kepada Allah akan merasakan, bahwa cintanya terpadu pada puncak segala keindahan, kepada sang pencipta yang memiliki keindahan. Apabila seorang hamba itu terus berusaha untuk mendekati-Nya ia akan merasakan keindahan yang mutlak, puncak dari segala keindahan yaitu mendapatkan cintanya Allah. Tidak mudah untuk mendapatkan cinta Allah itu, seseorang hamba akan dihadapkan segala bentuk ujian, disinilah Allah akan memberikan cinta-Nya kepada seorang hamba, jika ia lolos atau berhasil dari ujian yang diberikan Allah, jika Allah swt. telah cinta kepada seseorang hamba, Dia akan memberikan pandangan yang khusus terhadapnya.
Orang yang berkasih sayang karena keagungan Allah, ia akan berada dalam naungan-Nya. Ia akan diberikan mimbar yang terbuat dari cahaya yang di inginkan oleh para nabi dan para syuhada.
Rabi'atul Adawiyah adalah seorang wanita yang warak, zuhud, dan cinta kepada Allah, beliau pernah berkata, "Cinta yang suci itu lebih tinggi daripada takut dan raja'. Cinta yang suci itu tidak mengharapkan sesuatu, cinta yang murni kepada Allah adalah puncak tasawuf. Rabi'ah al Adawiyah dalam syairnya yang berbunyi, "Aku cinta kepadamu ya Allah, dua macam cinta." Pertama cinta kepada Engkau hanya Engkau. Kedua cinta yang semata-mata rindu. Adapun cinta karena Engkau hanya Engkau yang aku kenang, tiada yang lain. Adapun cinta karena Engkau berhak menerimanya. Agar Engkau bukakan bagiku hijab, supaya aku dapat melihat Engkau. Pujian atas dua perkara itu bukanlah bagiku. Pujian atas kedua perkara itu adalah bagi-Mu sendiri, ku jadikan Engkau teman bercakap dalam hatiku. Tubuh yang kasarku biar bercakap dengan yang duduk. Jisimku biarlah bercengkrama dengan temannya. Isi hatiku hanyalah tetap Engkau sendiri."
Sudahkan kita mendapat cinta Allah dan bagaimana rasanya jika kita dicintai Allah, sungguh jika kita telah mendapatkan cinta Allah, maka kita tidak akan berpaling dengan yang lain, karena yang lain itu adalah tidak ada dan sesungguhnya kitapun tidak ada, cinta kita adalah milik Allah dan sebenarnya jika Allah mencintai kita, sesungguhnya Dia telah mencintai diri-Nya sendiri. Karena tak patut bagi Allah ada dua cinta. Berbahagialah orang-orang yang mendapat cintanya Allah. Semoga kita adalah salah satu hamba yang mencintai dan dicintai Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa berikan coment
Terima kasih atas kunjungan anda