Satu
Kebaikan Diganjar 10 Kali Lipat
post 01 Desember 2011
KITA tinggalkan kisah tameng. Sekarang kita beralih kepada
bingkisan kado yang datang dari sahabat dan misanan Rasulallah saw, Imam Ali
bin Abi Thalib ra. Sebelum kita buka bingkisanya, saya teringat dengan sebuah hadist
Rasulallah saw yang berbunyi “Barangsiapa melepaskan seorang mu’min dari
kesusahan hidup di dunia, niscaya Allah akan melepaskan kesulitan dari dirinya
di hari kiamat. Barangsiapa memudahkan urusan seorang mu’min yang sulit,
niscaya Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Barang siapa
menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan
akhirat. Allah senantiasa menolong seorang hamba selama hamba itu senantiasa
menolong saudaranya”.
Mari kita bersama sama membuka bingkisan kado Imam Ali bin
Abi Thalib ra yang penuh dengan mutiara hikmah yang bisa dijadikan sebagai
teladan bagi kehidupan kita sehari hari. Silahkan menyimak.
DI PAGI yang cerah, seroang pengemis datang ke rumah Imam
Ali bin Abi Thalib. Badannya kurus kering, pakaiannya cumpang camping, dan
rambutnya tidak terurus. Ia datang kepada beliau meminta makanan. Imam Ali pada
saat itu sedang berdiri di muka pintu. Lalu beliau menyuruh anaknya Hasan “Ya
Hasan, masuklah ke dalam, minta dari ibumu, Fatimah, uang satu dinar yang masih
tersisa 6 dinar dari uangku” kata beliau. Sayyidina Hasan langsung masuk
kedalam meminta uang kepada ibunya sesuai dengan perintah ayahnya.
Tak lama kemudian Hasan pun keluar tanpa membawa apa apa. Ia
menjelaskan bahwa ibunya tidak memberikanya karena uang yang 6 dinar, katanya,
akan digunakan untuk membeli tepung gandum. Dengan sedikit jengkel beliau
berkata kepadanya “Tidak akan benar iman seseorang sehingga ia berkeyakinan
bahwa apa yang berada di tangan Allah lebih baik dan lebih afdhol dari pada apa
yang berada di tangannya”. Kemudian ia menyuruh lagi anaknya Hasan untuk
mengambil uang satu dinar dari ibunya, Fatimah. Adapun kali ini Hasan keluar
dengan membawa uang satu dinar. Imam Ali mengambil uang itu lalu diserahkan
kepada pengemis tadi.
Belum sempat Imam Ali ra masuk ke dalam rumahnya, tiba tiba
seseorang datang dengan menuntun seekor unta. Ia menawarkan beliau untanya
seharga 140 dirham. Tanpa tawar menawar, Imam Ali ra setuju membelinya. Beliau
menjajikannya akan membayar harga untanya di sore hari. Orang itu pun setuju.
Lalu imam Ali mengikat unta tadi di depan rumahnya.
Di siang harinya ada seseorang melewati rumah beliau. ia
melihat seekor unta diikat di depan rumah. Ia bertanya kepada beliau “Apakah
unta ini akan dijual?”. Beliau menjawab “ Ya, betul unta itu akan kujual dengan
harga 200 dirham. Apakah kau berminat membelinya?”. Orang itu melihat lagi unta
tersebut untuk kesekian kalinya. Akhirnya, Ia tertarik untuk membelinya. “Ya,
aku berminat membeli unta ini dengan harga 200 dirham”, ujarnya. Orang itu
langsung merogoh kantongnya dan membayar kontan harga unta sebesar 200 dirham
kepada Imam Ali ra.
Di sore harinya orang yang menjual untanya kepada Imam Ali
datang untuk menagih uang penjualanya. Beliau langsung memberikan kepadanya 140
dirham sesuai dengan perjanjian. Untung Imam Ali dari penjualan unta 60 dirham
diberikan kepada istrinya, Fatimah ra. Dengan keheranan siti Fatimah menerima
uang itu seraya berkata “Dari mana kau dapatkan uang sebanyak ini?”. Imam Ali
pun tersenyum, lalu berkata “Ini adalah apa yang telah dijanjikan Allah melalui
lisan nabi kita Muhammad saw (Barangsiapa membawa amal baik maka baginya pahala
sepuluh kali lipat).” Al an’am 160
Kisah di atas patut dijadikan bahan renungan. Agar kita memiliki
sikap hidup yang selalu memberi perhatian kepada yang miskin, yang lemah dan
yang di bawah. Biarpun kita kaya dan memiliki harta berlimpah-limpah, semua itu
tak berarti sedikit pun jika tak memiliki sifat perhatian untuk mengangkat yang
di bawah dan menolong yang miskin. Nah, kalau begitu, jadilah kita seseorang
yang memiliki jiwa seperti Imam Ali ra dan seperti yang diajarkan Nabi agar
tetap memiliki rasa kesederhanaan agar tidak menimbulkan iri dan dengki
terhadap kelompok miskin.
Kalau kita tidur, Allah tidak tidur. Kalau kita lupa Allah
tidak akan lupa Dunia itu berputar, sesaat ia berada diatas dan sesaat lagi
berada di bawah. Kalau kita sedang
berada di atas jangalah angkuh, bangga dan lupa kepada yang di bawah,
sebaliknya kalau kita berada di bawah jangalah gelisah atau putus asa.
Sesungghunya di langit itu ada kerajaan yang Maha Besar, tertulis di depan
pintu gerbangya: “Dan Kami tidaklah
lengah terhadap ciptaan Kami” almu’minun 17
Maka, cintailah yang di bumi agar yang di langit mencitaimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Jangan Lupa berikan coment
Terima kasih atas kunjungan anda