Desember 25, 2011

Cinta Akhirat

Membangun Jiwa Cinta Akhirat (1)
March 2, 2007. Dikirim dalam Uncategorized | Comments Off
"Barang siapa yang akherat menjadi harapannya, Allah akan menjadikan rasa cukup di dalam hatinya serta mempersatukannya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan putuh dan hina. Tetapi siapa yang dunia menjadi harapannya. Allah akan menjadikan kefakiran berada dii depan matanya serta mencerai-beraikannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali sekedar apa yang telah ditetapkan baginya." {Hadits Riwayat Tirmidzi}


Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada Rosullullah ` Amma ba'd:
Kami mengajak anda untuk bertaqwa kepada Allah k dan menyimak firman-Nya:
"Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat." {Asy-Syuro (42): 20}


"Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan Sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan." {hud (11): 15}

"…. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", tetapi tiadalah bagian (yang menyenangkan) baginya di akhirat." {Al-Baqoroh (2): 200}

Allah telah menciptakan dunia serta menyimpan bermacam kekayaan, kebaikan dan keindahan di dalamnya; menjadikan kita menyukai sebagian kenikmatannya; sekaligus menghalalkan dan tidak mengharamkannya bagi kita; sebagai wujud kemurahan dan karunia-Nya. Allahkberfirman:

"Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang Telah dikeluarkan- Nya untuk hamba-hamba- Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik? " {Al-Arof (7): 32}

" Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, Maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezki-Nya. dan Hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. " {Al-Mulk (67): 15}

Bukankah Allah juga berfirman:
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak ……." {Ali 'Imron (3): 14}

Kemudian Allah menjelaskan bahwa di akherat ada yang lebih baik dari pada dunia beserta kelezatannya tadi:
" Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal." {Al-'Ala (87): 17}

Rasulullah mengajarkan kepada para sahabatnya makna sebuah keuntungan dengan kaca amta akherat. Inilah seorang sahabat mulia bernama Shuhaib Ar-Rumi. Ketika itu ia merelakan semua hartanya dirampas oleh orang – orang kafir agar ia bisa leluasa berhijrah. Meskipun begitu, akhirnya Nabi ` sendiri yang menyambut kedatangannya seraya bersabda:

"…..perdagangan yang menguntungkan wahai Abu Yahya… perdagangan yang menguntungkan wahai Abu yahya!" {Hadist Riwayat Muslim}
Jadi, Shuhaib termasuk orang yang beruntung menurut tolak ukur akherat, sebab ia rela menjual dunia yang sementara,ditukar dengan akherat yang abadi.
Satu lagi, Nabi ` mengajarkan kepada kita agar memakai tolak ukur akherat dengan sabdanya: " Kekayaan itu bukanlah dengan banyaknya harta,tetapi kekayaan sejati ialah kekayaan jiwa" { Hadits Riwayat Muslim}

Menerangkan hadist ini, Ibnu Bathal berkata, "Makna hadits ini ialah: hakekat kekayaan bukanlah banyaknya harta, sebab mayoritas orang yang di lapangkan hartanya oleh Allah, tidak pernah merasa puas dengan –pemberian tersebut. Ia berusaha mencari tambahan tanpa perduli dari mana asalnya. Nah, seolah-olah ia justru menjadi fakir disebabkan ambisinya tersebut. Jadi, kekayaan hakiki adalah kekayaan jiwa; yaitu siapa yang merasa cukup dengan apa yang di anugerahkan kepadanya, Qona'ah (puas) dan ridho dengannya. Ia juga tidak berambisi untuk mencari tambahan terus-menerus, sehingga dia seperti orang kaya."

Karena itulah, seorang mukmin yang yakin serta berjalan di atas manhaj Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya `, menurut rambu-rambu, kriteria-kriteria dan timbangan-timbangan yang lurus, merupakan orang yang bahagia; tidak hanya di dunia, tetapi juda di akherat. Ketahuilah, kriteria-kriteria inilah memotivasinya untuk selalu berorientasi kepad akherat dan senantiasa sibuk hati di dalam memperhatikan akherat. Kitabullah menjadikannya selalu menghidupkan harapan ini, demikian juga sunnah Nabinya ` senantiasa menyibukkannya dengan keinginan ini. Nabi ` bersabda:

"Barang siapa yang akherat menjadi harapannya, Allah akan menjadikan rasa cukup di dalam hatinya serta mempersatukannya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan putuh dan hina. Tetapi siapa yang dunia menjadi harapannya. Allah akan menjadikan kefakiran berada dii depan matanya serta mencerai-beraikannya, dan dunia tidak akan datang kepadanya kecuali sekedar apa yang telah ditetapkan baginya." {Hadits Riwayat Tirmidzi}

Maka orang yang mengerti tujuan dirinya diciptakan -yaitu beribadah kepada allah subhanahu wa ta'ala, lantas menjadikan tujuan ini sebagai cita-cita yang menyibukkan dirinya, dan tidak akan bekerja di dunia melainkan berharap tujuan ini terpenuhi; Allahkpasti memudahkan urusan-urusannya yang murni bersifat duniawi dan menghindarkannya dari beban penderitaan dalam mengejar-ngejarnya.

Sementara itu, kita menyaksikan bagaimana orang yang melupakan tujuan penciptaan dirinya, yang menjadikan dunia sebagai tujuan pertama dan terakhirnya dan melulu berfikir tentang keinginan hawa nafsunya, justru dunia lari menjauhinya sedangkan ia menggonggong mengejar-ngejarnya.

Inilah komparasi yang selalu diwasiatkan oleh orang-orang sholeh, satu sama lain.
Ada seorang tabi'in mulia, bernama 'Aun bin 'Abdullah ia berkata:
"Dulu, orang-orang baik satu sama lain menuliskan dan menasehatkan tiga kalimat berikut:
1. Siapa yang beramal untuk akheratnya, Allahkakan mencukupi dunianya.
2. Siapa yang memperbaiki hubungan antara dirinya dengan Allahk, Allahkakan memperbaiki hubungan dirinya dengan manusia yang lain.
3. Dan siapa yang memperbaiki keadaan batinya, Allahkakan memperbaiki keadaan lahirnya.

Barang siapa akherat menjadi aktivitas yang menyibukkannya dan selalu menjadi harapannya, maka tak akan pernah terlewatkan satu haripun melainkan ia mengingat kemana ia akan kembali. Ia tidak akan melihat urusan dunia kecuali pasti mengaikannya dengan akheret. Ia tidak berkumpul dengan keluarganya kecuali mengingatkannya akan berkumpulnya penduduk surga. Ia tidak mengenakan pakaian kecuali terinhat akan pakaian sutra milik penghuni surga. Ia tidak menyeberangi sebuah jembatan kecuali teringatkan akan titian shiroth di atas neraka jahanam. Ia tidak mendengar suara yang keras melainkan mengingatkannya akan tiupan sangkakala. Ia tidak pernah berbicara tentang suatu pembicaraan, melainkan ada bagian yang terkaitkan dangan akherat."

Nikmatnya Menjadi Pendamba Akherat

Ringkasnya, siapa yang menjadikan akherat sebagai harapannya, pasti ingat akan akherat setiap saat ketika ia sedang bergelut dengan dunia. Anda akan melihat orang seperti ini tidak merasa senang kecuali karena akherat, tidak merasa sedih kecuali karena akherat, tidak ridho kecuali akherat tidak marah kecuali karena akherat, dan tidak berusaha kecuali untuk akherat. Tidak mengherankan kalau ia selalu mengingat-ingat akherat baik dalam bekerja, berjual beli,memberi dan menolak,serta dalam segala urusan. Barang siapa yang keadaannya seperti ini, Alloh akan memberinya tiga kenikmatan dan Nabi ` memberinya tiga kabar gembira, yaitu:

1. Allah Akan Mempersatukannya

Allahkakan memberikan ketenangan dan ketentraman kepadanya. Allah juga akan menghimpun fikirannya serta menjadikannya jarang lupa. Demikian juga keluarganya, mereka akan berkumpul bersamanya. Allah akan menambah perasaan kasih sayang antara dirinya dan keluarganya dan menjadikan mereka begitu menurut kepadanya. Allah juga mempesatukan kerabatnya bersamanya serta menghindarkannya dari perpecahan dan terputusnya hubungan. Ringkasnya, dunia akan disatukan untuk dirinya. Semua itu dan semua yang diinginkannya dalam rangka ketaatan kepada Allah, disatukan padanya, untuknya,dan sekelilingnya. Hati manusia akan berkumpul kepadanya setelah Allah tetapkan ia mendapat kepercayaan dari kalangan penduduk bumi.

2. AllahkAkan Memberikan Kekayaan Hati

Sesungguhnya nikmat kekayaan hati merupakan sebuah nikmat agung. Allah memberikannya kepada siapa saja yang dia kehendaki dari hamba-hamba- Nya. Mengenai firman Allah:

"……Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik……" {An-Nahl (16): 97}

Ibnu Katsir menafsirkan "Kehidupan yang baik" di ayat ini dengan sikap ridho dan qona'ah (menerima) yang itu merupakan kekayaan mental dan sikap menerima terhadap rezeki yang diberikan, sehingga ia tidak ngotot dalam memburunya.

Sesungguhnya kekayaan bukanlah cincin-cincin emas pada jari tangan, bukan kendaraan, rumah, pakaian, dan perhiasan. Betapa banyak orang yang memiliki semua itu, namun kita saksikan bagaimana harta itu justru menjadikannya tak bisa tidur. Gara-gara pakaian, nikmat tidurnya terampas dari kedua matanya; gara-gara makanan dia harus kehilangan kesempatan-kesempat an berharganya, bahkan mungkin ia disodori berbagai manu makanan, namun tak bisa menikmatinya.

Berbeda dengan orang yang berorientasikan akherat. Kita saksikan ia merasa rela, menerima, bahagia, tersenyum,senang hati, pandangannya teduh, merasa ridho sekaligus diridhoi, tidak ngotot, dan tidak rakus terhadap dunia. Ia mengamalkan sabda Nabinya `: "Bertakwalah kalian pada Allahk, carilah rezeki dengan cara yang baik." {Hadits riwayat Ibnu Majah}

Artinya, berusahalah dengan usaha yang sah sesuai aturan yang dibolehkan dalam mencari rezeki duniawi. Hendaknya manusia tidak menjadikan dunia sebagai obsesinya, sehingga menyibukkan dirinya, tidur dan bangunnya hanya untuk dunia, berfikir dan merencanakan dunia dalam sebagian besar waktu.

Kita juga akan saksikan seorang hamba yang kaya hatinya tidak segan-segan untuk memberikan harta dunianya, tidak merasa sedih kalau ia hilang, sebagaimana tidak merasa sukaria tatkala ia datang:

" (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu…. " { Al-Hadid (57): 23}

Anda akan melihat orang ini tidak mengharamkan kesenangan bagi dirinya, tetapai jika kesenangan itu datang, maka kedatangannya semata karena hak Allahk, sebaliknya bila kesenangan itu pergi, maka kepergiannya tak lain karena ketentuan Allah.

Saya memohon kepad Allahk agar menjadikan kesenangan duniawi yang datang kepada kita itu sebagai sarana yang membantu kita dalam mentaati-Nya dan menjadikan kesenangan duniawi yang hilang dari kita adalah keburukan yang ingin Allah jauhkan dari kita.

3. Dunia Akan Datang Dalam Keadaan Tunduk

Ini merupakan nikmat ketiga yang Allah berikan kepada hamba tadi. Dunia ini memang mengherankan; semakin anda kejar, semakin ia lari menjauh dari anda, tetapi kalau anda berpaling darinya, ia justru mengejar anda. Ini bukan sekedar teori. Banyak orang sholih ketika menceritakan keadaan kehidupan duniawinya, mengatakan, "Kami sibuk dengan agama kami dan dunia dengan sendirinya datang kepada kami." Persis sebagaimana yang digambarkan oleh Ibnu Jauziv ketika beliau mengatakan, "Dunia itu ibarat bayangan, jika anda berpaling dari bayangan, ia justru menguntit anda, tetapi jika anda mencari-carinya, ia justru malas mendatangi anda."

Oleh karena itu, para pendamba akherat yang hatinya sibuk dengan akherat akan didatangi oleh dunia atas izin Allah, kemudian dunia akan meliputinya. Maka orang yang berakal akan menghadapkan dirinya kepada akherat dan dunia pun akan mendatanginya dengan sukarela. Sesungguhnya dunia itu berasal dari Allah, sementara akherat itu kembali menghadap Allah. Barangsiapa yang mencari akherat, Allah akan mengutus dan mengirim dunia kepadanya.

Akibat Buruk Pendamba Dunia

Adapun orang yang menjadikan dunia sebagai tujuannya, kemudian berpikir dan bekerja semata-mata untuk dunia, perhatiannya hanya tertuju pada dunia yang memang itu tujuannya, ia merasa ridho, marah,suka dan benci disebabkan dunia, senyuman dan celaanya hanya karena dan untuk dunia, maka orang seperti ini hendaknya mengerti bahwa Alla akan menyiksanya dengan tiga hukuman, yaitu:

1. Allah Akan Menceraiberaikannya

Tidak ada sesuatupun yang mengelilinginya kecuali Allah jadikan tercerai-berai. Tidak mengherankan kalau anda akan melihat perasaannya tak karuan, pikirannya goncang dan sering frustasi gara-gara urusan duniawi yang sebenarnya sepele. Ia akan melihat harta, keluarga dan sanak familinya menjauh darinya, meskipun ia melihat mereka berada di depan mata. Ada segolongan manusia yang memiliki hampir seluruh kenikmatan dunia , pada waktu yang sama kita menyaksikan anak-anaknya hanya bisa terus berangan-angan akan berkesempatan berjumpa dengannya meski hanya satu menit. Para pegawainya justru lebih sering melihatnya dibanding anak-anaknya sendiri. Ini semua karena dunia telah menjadi tujuan.

Demikian pula anda akan melihat dunia beserta kelezatan dan kemegahannya, juga berbagai menu makanan lezat berada didepan matanya, tetapi ia tidak menyentuhnya sedikitpun. Ia makan laksana makannya orang melarat, entah karena penyakit yang ia derita ataupun sebab yang lain. Kadang-kadang makanan itu tidak mencapai kerongkongannya, meskipun hanya sedikit bukan karena sakit tetapi karena memikirkan beban ambisi duniawi dan padatnya kesibukan. Diantara mereka (terutama dikalangan wanita) ada yang tertekan oleh rasa khawatir terhadap kecantikan dan penampilannya yang menawan, lalu ia makan seperti makannya orang- orang miskin, padahal meja hidangan terbentang penuh dengan berbagai menu makanan. Kondisi seperti ini, apalagi kalau bukan sebuah bentuk kesemrawutan?

2. Kemiskinan Akan Selalu Menghantuinya

Akibatnya, ia tidak bisa merasakan sikap Qonaáh (puas dan menerima) sampai kapanpun meskipun ia berkecukupan. Ia selalu saja merasa butuh, menjulur-julurkan lidahnya, mengejar gemerlapnya dunia dan perhiasanya yang sebenarnya itu hanya akan menambah kepayahan, kegundahan serta kerisauannya. Ketika dikatakan kepadanya:"Ada orang yang membutuhkan bantuan", tentu ia tidak memberinya, kalau toh memberi hanya sedikit dibandingkan dengan harta yang ia miliki. Lain tatkala salah seorang anaknya meminta alat-alat mainan dan bernilai mungkar, tentu akan ia berikan, seberapa pun mahalnya, asal keinginan anaknya itu terpenuhi. Anda akan melihat orang seperti ini begitu sayang kalua hartannya berkurang. Ia begitu mudah menghamburkannya untuk hal yang sia-sia, memenuhi syahwat dan perbuatan haram, tetapi begitu pelit dan bakhil serta kekurangan untuk bersedekah dan berbuat baik.

Termasuk kasus yang mengherankan, ada sebagian manusia yang telah Allah cukupi dengan keluasan karuni-Nya, tetapi kalau diminta untuk turut andil dalam pembangunan sebuah masjid,misalnya, atau membiayai seorang daí, membantu sebuah keluarga, atau membiayai anak-anak yatim, ia beralasan hartanya hanya sedikit dan tak sanggup melakukannya. Pada saat yang sama, kalau ada tawaran untuk melakukan taour keberbagai negara dunia, mengunjungi pemandangan- pemandangan haram serta suasana-suasana yang tidak diridhoi Allah yang ada disana, tentu uang beribu-ribu bahkan beratus-ratus ribu sangat remeh untuk memenuhinya. Sungguh, dialah orang fakir sejati.

3. Dunia Akan Lari Menjauhinya
Ia megejar-ngejar dunia, padahal dunia justru menjauh darinya; Ia berlari membuntuti dunia, kemudian meminum sebagian darinya seperti orang yang menciduk air laut untuk diminum; setiap kali minum, rasa hausnya semakin bertambah.


Memang di antara mereka ada yang berbuat baik, tetapi mengharap pujian, ketenaran, popularitas, atau sebagai balas jasa. Ia menghabiskan umurnya hanya untuk tujuan tersebut, sayang ternyata semua itu malah menjauhinya, sebagai hukuman yang Allah timpakan kepadanya.

Sahabat Usman bin Affanzberkata: , "Harapan terhadap dunia adalah kegelapan dalam hati, sedang harapan kepada akherat adalah cahaya dalam hati."
Orang yang mau memperhatikan keadaan dua kelompok yang berbeda tadi akan melihat aanya perbedaan yang menakjubkan.

Dalam persoalan ini, manusia terbagi menjadi tiga kelompok:
1. Orang yang lebih didominasi oleh keinginan akherat, kemudian ia bekerja untuk dunia dengan menggunakan kaca mata akherat, lantas mengertilah ia bahwa dunia hanya sebagai jembatan untuk sampai ke negeri akherat.

Tentu anda akan menganggap tak waras apabila melihat seseorang yang melewati sebuah jembatan yang menghantarkannaya dari satu negeri kenegeri yang lain, kemudia tatkala ia sampai dipertengahan malah menderumkan kendaraannya dan mendirikan tendanya serta menurunkan keluarganya disana seraya mengatakan, "Inilah ujung jalan paling akhir."Apakah anda akan menganggap orang seperti ini sebagai orang yang berakal meskipun sebenarnya ia tertipu dengan pemandangan di sekeliling jalan tersebut?

2. Orang yang lebih di dominasi oleh raya cinta terhaadap dunia sanpai melupakannya dari akherat, hati mereka lebihtersibukkan oleh keinginan duniawi.

3. Orang yang sibuk dengan dunia dan akherat sekaligus, mereka mencampur-adukkan keduanya. Celakanya, golongan seperi ini begitu banyak di jaman sekarang. Sebab mereka tidak berada dalam posisi yang aman tetapi di tepi jurang marabahaya.

Tentang ketiga golongan ini Yahya bi Mua'adz menyebutkan:
"Manusia itu ada tiga: Orang yang akheratnya menjadikannya tak sempat mengurusi dunianya,dan orang yang kehidupan dunianya menjadikannya tak sempat mengurusi akheratnya, dan orang yang sibuk dengan kedua-duanya sekaligus. Yang pertama adalah derajat orang-orang yang beruntung, yang kedua adalah derajat orang –orang yang binasa, sedang yang ketiga adalah derajat orang-orang yang berada dalam marabahaya. (Bersambung ke bagian 2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa berikan coment
Terima kasih atas kunjungan anda