Januari 09, 2012

Pembentukan Eritrosit (Sel Darah Merah) pada Manusia

Pembentukan Eritrosit (Sel Darah Merah) pada Manusia

Eritrosit (sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah saat embrio pada minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar sumsum tulang. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa. Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin turun.

Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid yang terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit, megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih 120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium terutama dalam limfa dan hati.

Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar.

Sumber: http://www.adipedia.com/2011/04/proses-pembentukan-eritrosit-sel-darah.html

Sel Darah Merah

Pengangkutan zat dalamtubuh manusia atau mamalia dilakukan oleh cairan tubuh baik cairan intravaskuler maupun ekstravaskuler. Darah termasuk cairan intravaskuler yaitu cairan merah yang terdapat dalam pembuluh darah. Bagian darah yang padat meliputi sel-sel darah merah, sel darah putih, dan keeping-keping darah (Frandson, 1992).

Sel darah merah membawa haemoglobin dalam sirkulasi. Sel darah merah berbentuk piring atau biconcave, pada mamalia sel darah merah tidak bernukleus kecuali pada awal dan pada hewan-hewan tertentu. Sel darah merah pada unggas mempunyai nukleus dan berbentuk elips. Sel darah merah terdiri dari air (65%), Hb (33%), dan sisanya terdiri dari sel stroma, lemak, mineral, vitamin, dan bahan organik lainnya dan ion K (Kusumawati, 2004).

Haemoglobin merupakan zat padat dalam sel darah merah yang menyebabkan warna merah. Dibanding sel-sel lain dalam jaringan sel darah merah kurang mengandung air. Lipid yang terdapat pada sel darah merah ialah stromatin, lipoprotein, dan eliminin. Beberapa enzim yang terdapat dalam eritrosit antara lain anhidrase karbohidrat, peptidase, kolinesterase dan enzim pada sistem glikolisis (Poedjiadi,1994).

Tabel III.1. Tabel Jumlah eritrosit pada hewan
Spesies
SDM / mm3
Hb (g/ 100ml)
Diameter R

Sapi
5-10
8-15
4,5-8

Kuda
6,5-12,5
11-19
55,8

Domba
8-16
8-18
1-2,6

Kambing
8-18
8-14
-

Babi
5-8
10-16
-

Kelinci
4-4.8
9,3-19,3
-


(Ganong,1998).

Darah juga mengandung faktor-faktor penting untuk pertahanan tubuh terhadap penyakit juga berperan dalam sistem buffer seperti bikarbonat dalam air. Darah yang kekurangan kandungan oksigen akan berwarna kebiru-biruan yang disebut sianosis. Darah dengan jumlah haemoglobin berkurang jauh dari standar karena pembentukan yang kurang memadai disebut anemia. Anemia juga dapat disebabkan oleh penyakit kronis, akut, kecelakaan yang mengeluarkan banyak darah, terserang penyakit cacing tambang, kanker darah, kekurangan gizi dan lain-lain. Anemia juga disebabkan oleh defisieansi zat Fe, Cu, vitamin dan asam amino (Frandson, 1992).

Proses pergantian sel darah merah dari atau oleh sel darah baru terjadi setelah sirkulasi 3 sampai 4 bulan. Sel darah merah mengalami desintergrasi atau pemecahan sehingga melepas haemoglobin ke dalam sel dan sel darah pecah. Pembentukan sel darah merah pada orang dewasa pada sumsum tulang belakang dan pada bayi terjadi di hati, kelenjar thymus dan nodula lymphatica (Frandson,1992).

Sel darah mengalami hemolisis yang lebih cepat dibanding dengan pembentukan atau produksi sel darah yang baru. Proses penggantian sel darah merah dari atau oleh sel darah yang baru terjadi setelah sirkulasi 3 hingga 4 bulan. Sel darah merah mengalami pemecahan sehingga melepas haemoglobin kedalam sel darah merah dan pecah. Sel darah merah yang mengalami degradasi ini kemudian disendirikan dari sirkulasi yang dilakukan oleh sistem makrofag atau sistem reticuloendotelia. Sel-sel makrofag mencengkeram fragmen, fragmennya dicerna dan dilepaskan dalam darah. Globin dari haemoglobin mengalami degradasi kedalam tulang, disimpan sebagai sel-sel jaringan sebagai homosiderin (Frandson 1992).

Pengaruh haemoglobin didalam sel darah merah menyebabkan timbulnya warna merah pada darah karena mempunyai kemampuan untuk mengangkut oksigen. Haemoglobin adalah senyawa organik yang komplek dan terdiri dari empat pigmen forpirin merah (heme) yang masing-masing mengandung iron dan globin yang merupakan protein globural dan terdiri dari empat asam amino. Haemoglobin bergabung dengan oksigen didalam paru-paru yang kemudian terbentuk oksihaemoglobin yang selanjutnya melepaskan oksigen ke sel-sel jaringan didalam tubuh (Frandson, 1992).

Susunan dari sel darah merah adalah air (62%-72%) dan kira-kira sisanya berupa solid terkandung haemoglobin 95% dan sisanya berupa protein pada stroma dan membran sel, lipid, enzim, vitamin dan glukosa serta urin. Umur sel darah merah pada manusia berkisar antara 90 hingga 140 hari, rata-rata 120 hari dan pada hewan umurnya kira-kira 25 hingga 140 hari (Guyton, 1986).
Daftar Pustaka



Kusumawati, Diah. 2004. Bersahabat Dengan Hewan Coba. Gadjah Mada Press.Yogyakarta.


Frandson, RD. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak IV. Gadjah Mada Press.Yogyakarta.


Ganong, W. P. 1988. Review of Medical Physiologis.Long Medical Publishing Los Atos. California.


Guyton. 1986. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Prees. Yogyakarta.


Poedjiadi, Anna.1994. Dasar dasar biokimia. Indonesia University Press. Jakarta

Osmoregulasi

Osmoregulasi Pada Ikan

Dibandingkan dengan ikan nila lokal, maka ikan nila gift mempunyai karakteristik yang lebih unggul. Daya tahan tubuh yang lebih baik memungkinkan ikan nila gift lebih toleran terhadap kisaran nilai salinitas air yang lebih tinggi dan lebih tahan terhadap serangan penyakit. Ikan nila gift merupakan varietas unggul yang dikembangkan oleh Internasional Centre for Living Resources Management (ICLARM). Nama GIFT dari ikan nila gift berasal dari singkatan Genetic Improvement of Farmed Tilapias. Ikan nila gift toleran terhadap kadar salinitas dengan kisaran 0-29 per mil.

Salinitas adalah jumlah total material dalam gram yang terdapat dalam 1 kg air laut. Dimana seluruh karbonat telah dikonversi menjadi oksida, bromida dan iodida diganti oleh klorin dan seluruh material organik telah dioksidasi sempurna. Peristiwa pengaturan proses osmosis dalam tubuh ikan dikenal dengan sebutan osmoregulasi. Tujuan utama osmoregulasi adalah untuk mengontrol konsentrasi larutan dalam tubuh ikan. Apabila ikan tidak mampu mengontrol proses osmoregulasi yang terjadi ikan yang bersangkutan akan stres dan mati. Hal ini karena tidak terjadi keseimbangan konsentrasi larutan tubuh, yang akan berada diluar batas toleransinya. Osmoregulasi berbeda antara ikan air tawar dan ikan air laut dan proses ini penting untuk menjaga keseimbangan osmotik ikan pada lingkungan hidupnya.

Pada ikan air tawar, air secara terus menerus masuk kedalam tubuh ikan melalui insang. Ini secara pasif berlangsung melalui suatu proses osmosis yaitu, terjadi sebagai akibat dari kadar garam dalam tubuh ikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungannya. Dalam keadaan normal proses ini berlangsung seimbang. Ikan air tawar harus selalu menjaga dirinya agar garam tidak melarut dan lolos ke dalam air. Garam-garam dari lingkungan akan diserap oleh ikan menggunakan energi metaboliknya. Apabila hal ini terjadi maka ikan yang bersangkutan akan mengalami masalah. Ikan mempertahankan keseimbangannya dengan tidak banyak minum air, kulitnya diliputi mucus, melakukan osmosis lewat insang, produksi urinnya encer, dan memompa garam melalui sel-sel khusus pada insang. Secara umum kulit ikan merupakan lapisan kedap, sehingga garam di dalam tubuhnya tidak mudah bocor kedalam air. Satu-satunya bagian ikan yang berinteraksi dengan air adalah insang.

Pada ikan air laut terjadi kehilangan air dari dalam tubuh melalui kulit dan kemudian ikan akan mendapatkan garam-garam dari air laut yang masuk lewat mulutnya. Organ dalam tubuh ikan menyerap ion-ion garam seperti Na+, K+ dan Cl-, serta air masuk ke dalam darah dan selanjutnya disirkulasi. Kemudian insang ikan akan mengeluarkan kembali ion-ion tersebut dari darah ke lingkungan luar.

Pada saat ikan sakit, luka, atau stres proses osmosis akan terganggu sehingga air akan lebih banyak masuk kedalam tubuh ikan, dan garam lebih banyak keluar dari tubuh. Akibatnya beban kerja ginjal ikan untuk memompa air keluar dari dalam tubuhnya meningkat. Bila hal ini terus berlangsung bisa sampai menyebabkan ginjal menjadi rusak sehingga ikan mati. Dalam keadaan normal ikan mampu memompa air kurang lebih 1/3 dari berat total tubuhnya setiap hari. Penambahan garam kedalam air diharapkan dapat membantu menjaga ketidakseimbangan ini, sehingga ikan tetap bertahan hidup dan mempunyai kesempatan untuk memulihkan dirinya dari luka atau penyakit. Tentunya dosis untuk ikan harus diantur sedemikian rupa sehingga kadar garamnya tidak lebih tinggi dari pada kadar garam dalam darah ikan. Apabila kadar garam dalam air lebih tinggi dari kadar garam darah, efek sebaliknya akan terjadi, air akan keluar dari tubuh ikan, dan garam masuk kedalam darah, akibatnya ikan terdehidrasi dan akhirnya mati.

Pada kadar garam yang tinggi garam sendiri akan berfungsi untuk mematikan penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri. Meskipun demikian lama pemberiannya harus diperhatikan secara seksama agar jangan sampai ikan mengalami dehidrasi. Osmoregulasi merupakan suatu fungsi fisiologis yang membutuhkan energi, yang dikontrol oleh penyerapan selektif ion-ion melewati insang dan beberapa bagian tubuh lainnya dikontrol oleh pembuangan yang selektif terhadap garam-garam. Kemampuan osmoregulasi bergantung suhu, musim, umur, kondisi fisiologis, jenis kelamin dan perbedaan genotip.

Osmoregulasi sangat penting pada hewan air karena tubuh ikan bersifat permeabel terhadap lingkungan maupun lautan garam. Sifat fisik lingkungan yang berbeda menyebabkan ada perbedaan proses osmoregulasi antara ikan air tawar dengan ikan air laut. Urea merupakan produk metabolisme nitrogen, yang dikeluarkan dari tubuh ikan berupa urin tetapi jumlahnya sedikit. Pada ikan air tawar penyerapan urea dan TMAO berfungsi untuk mempertahankan tekanan osmotik dalam tubuh.