November 07, 2011

Perakembangan Peserta Didik

Hakikat Perkembangan Anak Didik


I. Pengertian perkembangan dan pertumbuhan
Ø Perkembangan
Berikut manurut beberapa pendapat:
- Santrock ussen (1992)
Perkembangan merupakan pola perkembangan individu yang berawal pada masa konsepsi dan berlanjut sepanjang hayat dan bersifat involusi.
- E. B. Hurlock
Perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman, dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
- Drs. H. M. Arifin, M. Ed
Perkembanagn merupakan perubahan-perubahan dalam bentuk bagian tubuh dan integrasi dan hanya dapat dilihat gejala-gejalanya.
- Gut Windarsih dan Rohana Kusumawati
Perkembangan merupakan proses menuju keadaan yang lebih dewasa bersifat kualitatif.
- Werner (1957)
Perkembangan sejalan dengan prinsip orthogenetis, bahwa perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai ke keadaan diman diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap.
- Nagel (1957)
Perkembangan merupakan pengertian dimana stuktur yang terorganisasi dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karena itu bilamana terjadi perubahan stuktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
- Schneirla (1957)
Perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisasi organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem adaptif sepanjang hidupnya.
- Spiker (1966)
Perkembangan berhubungan dengan dua hal yaitu:
1) Ortogenetik, yang berhubungan dengan perkembangan sejak terbentuknya individu yang baru dan seterusnya sampai dewasa.
2) Filogenetik, yakni perkembangan asal-usul manusia sampai sekarang ini.
- Libert, Paulus, dan Strauss (Singgih,1990:31)€
Perkembangan adalah proses perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi lingkungan.
- Monks(1984)
Perkembangan dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang kekal dan tetap menuju ke arah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan proses pertumbuhan,kemetangan dan belajar.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan
Perkembangan merupakan suatu pola perubahan secara progresif organisme baik dalam struktur maupun fungsi(fisik atapun psikis) yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang terjadi secara teratur dan berlangsung sejak masa konsepsi sampai akhir hayat, berdasarkan pertumbuhan, kematangan, pengalaman, dan belajar.
Ø Pertumbuhan
Berikut ini pengertian pertumbuhan menurut beberapa ahli:
- Werner
Pertumbuhan merupakan perubahan secara fisiologis sebagai hasil proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu yang noemal.
- Drs. H. M. Arifin, M. Ed
Pertumbuhan merupakan suatu penambahan dalam ukuran bentuk, berat atau ukuran dimensif tubuh serta bagian-bagiannya.
- Buku perkembangan dan belajar peserta didik.
Pertumbuhan merupakan perubahan dalam aspek jasmaniah dan bersifat kuantitatif dan evolusi.
- Gut Windarsih dan Rohana Kusumawati
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran(volume,massa, dan tinggi) pada makhluk hidup yang beresifat kuantitatif dan irreversible.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa:
Pertumbunhan merupakan suatu pola proses perubahan secara fisik yang bersifat kuantitatif pada makhluk hidup.
Sehingga pengertian pertumbuhantercakup dalam pengertian perkembangan, namun tidak sebaliknya.
Aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan individu adalah:
1. Pertumbuhan Fisik
a. Pertumbuhan sebelum lahir( masa konsepsi)
b. Pertumbuhan setelah lahir
2. Intelek
3. Emosi
4. Sosial
5. Bahasa
6. Bakat Khusus
7. Sikap, nilai, dan moral
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan adalah
1. Kecerdasan
2. Temperamen
3. Interaksi Keturunan lingkungan dan perkembangan
II. Anak Sebagai Suatu Totalitas
Konsep anak mengandung 3 pengertian berikut:
v Anak adalah makhluk hidup (organisme) yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya
v Dalam kehidupan perkembangan anak, keseluruhan aspek anak tersebut saling terjalin satu sama lain.
v Anak berbeda dari orang dewasa bukan sekedar secara fisik, tetapi secara keseluruhan.
Sebagai suatu totalitas anak dipandang sebagai makhl;uk hidup yang utuh yakni sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan aspek fisik dan psikis yang ada pada dirinya yang tdk dapat dipisahkan satu sama lain.
Konsep anak sebagai totalitasnatau kesatuan mengandung arti bahwa terdapat saling keterjalinan atau keterkaitan antara seluruh aspek yang ada pada diri anak. Keseluruhan aspek yang terdapat dalam diri anak tersebut secara terintegrasi saling terjalin dan saling memberi dukungan fungsional satu sama lain.
Contoh-contohnya adalah:
1. Anak yang sedang sakit panas bisa memjadi lain kelakuannya.
2. Anak yang marah bisa menangis menjerit-jerit
3. Anak yang sedang malu kemerah-merahan pipinya.
4. Anak yang sedang aktif melakukan kegiatan fisiknya bisa aktif pula kegiatan mentalnya.
Anak cenderung didominasi oleh pola pikir yang bersifat egisentrik.
Daya pikir anak masih terbatas pada hal-hal yang konkrit.
Anak sebagai totalitas yaitusebagai suatu organisme individu yang merupakan suatu kesatuan yang terintegrasi dari keseluruhan organ fisik dan aspek psikis yang terdapat pada dirinya yang saling terjalin satu sama lain.
III. Perkembangan Sebagai Proses Holistik dari Aspek Biologis, Kognitif, Sosial dan Psikososial.
Sesuai dengan konsep anak sebagai suatu totalitas atau sebagai individu, perkembangan juga merupakan suatu proses yang sifatnya holistik ( menyeluruh). Artinya, perkembangan itu terjadi tidak hanya dalam aspek tertentu, melainkan melibatkan keseluruhan aspek yang saling terjalin (interwoven) satu sama lain.
Apakah yang dimaksud oleh para ahli psikologi dengan perkembangan individu?
Menurut Santrock dan Yussen (1992)
Pola gerakan perkembangan itu kompleks karena merupaka hasil (produk) dari beberapa proses:
a. Proses biologis
Proses ini meliputi perubahan-perubahan fisik individu.
Pencerminan peranan proses biologi dalam perkembangan terdiri dari:
ü Gen yang diwarisi dari orang tua
ü Perkembangan otak
ü Penambahan tinggi dan berat
ü Ketrampilan motorik
ü Perubahan-perubahan hormon pada masa puber
b. Proses Kognitif
Proses ini meliputi perubahan-perubahan yang terjadi pada induvidu mengenai pemikiran, kecerdasan dan bahasa.
Pencerminan peranan proses kognitif dalam perkembangan anak antara lain seabgai berikut:
ü Mengamati gerakan mainan bayi yang digantung
ü Menghubungkan dua kata menjadi kalimat
ü Menghafal puisi, sajak, dan do’a
ü Memecahkan soal matematika
Perbedaan antara perkembangan kognitif dengan perubahan dalam arti belajar.
- Perkembangan kognitif mengacu kepada perubahan-perubahan penting dalam pola dan kemampuan berpikir serta kemahiran berbahasa.
- Belajar cenderung lebih terbatas pada perubahan-perubahan sebagai hasil dari pengalaman atau peristiwa yang relatif spesifik.
Pekembangan kognitif anak dan pengalaman belajar ini sangat erat kaitannya dan saling berpengaruh satu sama lain.
Perkembangan kognitif anak akan memfasilitasi kemampuan belajar anak , dan sebaliknya.
c. Proses sosial / psikososial
Proses ini meliputi perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan individu dengan orang lain, perubahan-perubahan dalam emosi, perubahan-perubahan dalam kepribadian serta perubahan-perubahan dalam perasaan.
Pencerminan peranan proses sosial dalam perkembangananak adalah sebagai berikut:
ü Perkembangan identitas diri dan krisis-krisis yang menyertainya serta perkembangan carra hubungan dengan anggota keluarga, teman sebaya, guru-guru, dan yang lainnya.
ü Senyuman bayi sebagai respon terhadap sentuhan ibunya
ü Sukap agresif anak laki-laki terhadap teman mainnya
ü Kewaspadaan seorang gadis terhadap lingkungannya.
Perubahan pada perkembangan merupakan produk dari proses-proses biologis, kognitif, dan sosial. Proses itu terjadi pada perkembangan manusia yang berlangsung pada keseluruhan siklus hidupnya dan inilah yang disebut perkembangan sebagai peroses holistik dari ketiga aspek tersebut.
Perkembangan dibagi berdasarkan waktu yang dilalui manusia dengan sebutan fase.
Santrock dan Yussen membagi atas lima fase yaitu:
1. Fase pra natal (saat dalam kandungan)
Adalah waktu terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran
2. Fase Bayi
Adalah saat perkembangan yang berlangsung sejak lahir sampai 18 atau24 bulan, masa ini adalah masa yang sangat bergantung pada orang tua.
3. Fase Kanak-kanak Awal( masa pra sekolah)
Adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun.
4. Fase Kanak-kanak tengah dan akhir ( masa usia sekolah dasar)
Adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kiora umur 6 sampai 11 tahun
5. Fase Remaja
Adalah masa perkembengan yang merupakan transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa awal, yang dimulai kira-kisa umur 10 sampai 12 tahun dan beakhir kira-kira umur 18 sampai 22 tahun.
Keterjalinan proses-proses biologis kognitif dan sosial menghasilkan fase-fase perkembangan.
IV. Kematangan Dan Pengalaman dalam Perkembangan Anak
Kematangan (maturation) adalah urutan perubahan yang dialami individu secara teratur yang ditentukan oleh rancangan genetiknya ( Santrock dan Yussen , 1992:20)
Kematangan dipandang sebagai suatu pembawaan (nature), yakni sebagai warisan biologis organisme yang dibawa sejak lahir.
Pengalaman (experience) merupakan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Pengalaman dipandang sebagai unsur lingkungan (nurture), yakni sebagai pengalaman environmental yang diperoleh individu dalam kehidupannya.
Para ahli psikologi perkembangan menekankan unsur kematangan atau pembawaan (maturations) mengklaim warisan biologis sebagai unsur yang paling mempengaruhi perkembangan anak.
Para ahli yang mengutamakan unsur pengalaman atau lingkungan (nurture) mengganggap pengalaman-pengalaman evironmental sebagai faktor yang paling penting dalam perkembangan anak.
Dimanapun seseorang hidup ia akan:
1. Duduk
2. Berjalan
3. Berbicara .
Kaum maturationists mengakui bahwa kondisi lingkungan yang ekstrim yang dapat menyebabkan gangguan terhadap proses perkembangan anak, tetapi mereka meyakini bahwa kecenderungan-kecenderungan dasar pertumbuhan dan perkembangan individu telah terpola secara genetik.
Kaum environmentalitas menekankan pentingnya pengalaman dalam perkembangan anak. Unsur genetik individu mewariskan dasar,bagaimana hal itu tumbuh dan berkembang sangat tergantung pada:
1. Makanan
2. Gizi
3. Perawatan Medis
4. Latihan
5. Pendidikan yang diberikan oleh lingkungan.
Kaum interactionists mempercayai bahwa hampir semua kualitas fisik dan psikis individu merupakan hasil dari pengaruh pembawaan dan lingkungan.
Misalnya:
1. Tinggi badan anak tergantung kepada rancangan genetik yang diturunkan dari orang tuanya(pembawaan),
2. Tinggi badan anak juga tergantung pada gizi dan latihan yang diperoleh selama proses pertumbuhan(lingkungan)
3. Perkembangan kognisi anak tergantung kepada taraf intelegensi yang dimiliki(pembawaan)
4. Perkembangan kognisi terrgantung pada kualitas pengalaman belajar yang diperoleh selama hidupnya(lingkungan)
5. Anak secara biologis sudah terprogram untuk belajar bahasa (pembawaan)
6. Anak hanya akan belajar bahasa yang didengarnya (lingkungan)
V. Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Perkembangan
Ø Kontinuitas
Para ahli yang menekankan segi kesinambungan(continuity) dalam perkembangan menjelaskan bahwa perkembangan itu merupakan perubahan kumulatif yang berlangsung secara bertahap dari masa konsepsi hingga meninggal dunia.
Perkembangan adalah perubahan yang sifatnya bertahap dan merupakan akumulasi dari perolaku dan kualitas pribadi yang sama yang sudah diperoleh sebelumnya.
Dalam proses ini terjadi pengayaan, penambahan, dan pengurangan melalui pengalaman atau interaksi individu dengan lingkungan.
Contohnya:
1. Anak memperoleh tambahan perilaku atau ketrampilan baru, dan mengkonbinasikan dan menggkombanisasi kembali perilaku atau ketrampilan tersebut dengan yang sudah ada untuk menghasilkan perilaku atau abilitas yang semakin kompleks.
2. Anak hanya bisa mengucapkan suatu suku kata,kemudian satu kata,dua kata, tiga kata, sampai beribu-ribu kata.
Jadi model ini menekankan perubahan kuantutatif, yakni unsur-unsur yang sudah ada dan lebih sederhana secara esensial mengalami penambahan dengan unsur-unsur baru sehingga menghasilkan kemampuan dan perilaku yang lebih kompleks.
Ø Diskontinuitas
Para ahli menekankan segi ketidaksinambungan (discontinuity) dalamperkembangan menganggap bahwa proses perkembangan individu melibatkan tahapan-tahapan yang berbeda.
Setiap perkembangan individu dianggap melalui suatu pola urutan perubahan yang berbeda secara kualitatif, tidak sekedar berbeda secara kuantitatif.
Perkembangan individu dianggap berlangsung melalui terjadinya perubahan-perubahan perilaku yang tiba-tiba dari stu tahap ke tahap berikutnya(peristiwa transisi relatif tajam).
Para ahli yang mendukung pandangan diskontinuitas biasanya beranggapan bahwa secara prinsip perkembangan diarahkan oleh faktor-faktor internal biologis.
Sebagai contoh perbedaan kualitatif(diskontinuitas) adalah deskripsi tahap-tahap perkembangan berpikir anak dari Jean Piaget sebagai berikut:
a. Tahap sensori motor(0;0 - 2;0)
Kegiatan intelektual pada tahap inihampir seluruhnya mencakup gejala yang diterima secara langsung melalui indra.
b. Tahap pra operasional (2;0 – 7;0)
Pada tahap ini perkembangan sangat pesat.
c. Tahap operasional konkrit (7;0 – 11;0)
Kemampuan berpikir logis muncul pada tahap ini. Mereka dapat berpikir secara sistematis untuk mencapai pemecahan masalah. Pada tahap ini permasalahan yang dihadapi adalah yang konkret.
d. Tahap operasional formal (11;0 – 15;0)
Tahap ini ditandai dengan pola berpikir orang dewasa. Mereka dapat mengaplikasikan cara berpikir terhadap permasalahan semua kategori baik abstrak maupun konkret. Pada tahap ini anak sudah dapat memikirkan buah pikirannya, dapat membentuk ide-ide, berpikir tentang masa depan secara realistis.
Tahap-tahapperkembangan berpikir anak tersebut tidak sekedar menggambarkan adanya kemampuan yang meningkat dalam berpikir, tapi lebih daripada itu ada perbedaan kualitatif yang signifikan di antara tahap-tahap berikut,
Berkenaan dengan isyu kotinuitas dan diskontinuitas, Emde dan Harmon (Vasta,Haith & Miller, 1992) menjelaskan bahwa persoalan melibatkan dua komponen yang diperdebatkan.
1) Isyu melibatkan penjelasan tentang pola-pola perkembangan.
- Para ahli teori kontinuitas meyakini bahwa perkembangan itu terjadi secara halus dan stabil melalui penambahan atau peningkatan bertahap dalam hal abilitas, ketrampilan, dan/atau pengetahuan baru pada suatu langkah yang relatif sama.
- Para ahli diskontinuitas beranggapan bahwa perkembangan terjadi pada periode-periode kecepatan yang berbeda, berganti-ganti antara periode-periode yang hanya sedikit perubahannya dengan periode yang tajam dan cepat perubahannya
2) Pedebatan ini berkenaan dengan masalah keterkaitan perkembangan.
- Para ahli teori kontinuitas berpendapat bahwa perilaku-perilaku awal secara bersama akan membangun dan membentuk perilaku-perilaku selanjutnya atau sekurang-kurangnya perkembangan-perkembangan awal itu memiliki keterikatan dengan perkembangan selanjutnya.
- Para ahli diskontinuitas menyatakan bahwa beberapa aspek perkembangan muncul secara independen dari apa yang sudah muncul sebelumnya dan tak dapat diprediksi dari perilaku-perilaku sebelumnya.

Emosi pada masa remaja

Emosi Di Masa Remaja
Masa remaja (usia 12 sampai dengan 21 tahun) dikenal dengan masa storm and stress.  Pada masa ini terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik yang pesat dan pertumbuhan secara psikis.
Pada masa remaja  terdapat beberapa fase:
  1. Fase remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun).
  2. Fase remaja pertengahan (usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun).
  3. Fase remaja akhir (usia 18 sampai dengan 21 tahun).
  4. Fase pubertas, (usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun), merupakan fase yang singkat dan  terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya.
Masa pubertas berada tumpang tindih antara masa kanak-kanak dan masa remaja, sehingga kesulitan yang ada pada masa tersebut dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan dalam menghadapi fase perkembangan selanjutnya. Pada fase tersebut, remaja mengalami perubahan dalam sistem kerja hormon (dalam tubuhnya) yang memberi dampak baik pada bentuk fisik (terutama organ-organ seksual) dan psikis, terutama emosi.
Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak terlepas dari pengaruh lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah, teman-teman sebaya, serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari.
Masa remaja identik dengan lingkungan sosial. Lingkungan sosial menuntut mereka untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif. Jika aktivitas-aktivitas yang dijalani di sekolah, di mana sebagian besar waktunya berada di sana, tidak memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak energinya, maka remaja seringkali meluapkan kelebihan energinya ke arah yang negatif (contoh: tawuran).