November 07, 2011

PERKEMBANGAN MORAL USIA ANAK-ANAK TENGAH DAN AKHIR

BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG MASALAH
Masa anak-anak adalah masa di mana manusia masih membutuhkan bimbingan dan arahan yang intensif. Salah satu fase pada masa anak-anak adalah masa tengah dan akhir. Banyak hal yang harus dibentuk pada masa ini, salah satu aspek yang sangat penting adalah moral. Banyak faktor yang berperan serta dalam pembentukan moral pada masa anak-anak tengah dan akhir. Seperti misalnya faktor lingkungan yang meliputi keluarga, sekolah dan lingkungan bermain.
Pembentukan moral pada usia anak-anak tengah dan akhir merupakan salah satu unsur penting yang harus diperhatikan oleh setiap orang tua. Karena dalam tahapan usia tersebut, mereka cenderung mudah dalam menerima stimulus. Terbentuknya moral seorang anak yang dalam masa perkembangan dipengaruhi oleh stimulus-stimulus yang diterimanya. Baik tidaknya moral seorang anak dipengaruhi oleh positif dan negatif dari stimulus tersebut.
Peran serta keluarga, sekolah dan lingkungan bermain dinilai sangat berpengaruh dalam pembentukan moral anak-anak dalam masa tengah dan akhir. Sehingga dalam hal ini, kami melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar peran ketiga faktor tersebut.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan Masalah yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah
  • Apakah hubungan antara Teori Kognitif Piaget dengan Teori Moral Kohlberg?
  • Bagaimana perkembangan moral masa anak-anak dari zaman dulu sampai sekarang dalam kebudayaan Indonesia
  • Seberapa besar perankeluarga dan sekolahdalam pembentukan moral anak?
  • Bagaimana perkembangan moral kanak-kanak secara ideal dan realitanya?
1.3 TUJUAN
Tujuan penulisan makalah ini antara lain :
  • Mengetahui hubungan antara teori kognitif Piaget dengan teori moral Kohlberg
  • Untuk mengetahui perkembangan moral anak-anak usia tengah sampai akhir dari dulu hingga saat ini.
  • Mengetahui seberapa besar peran keluarga dan sekolah dalam pembentukan moral anak
  • Mengetahui realita perkembangan moral anak-anak usia tengah sampai akhir
1.4METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah studi literatur serta observasi dengan subjek penelitian anak-anak SD kelas 3 yang berjumlah 35dan kelas 6  dengan jumlah 45 yang mewakili masa kanak-kanak usia tengah dan akhir.
BAB II
LANDASAN TEORI
Landasan Teori yang digunakan dalam makalah ini adalah Teori Moral Reasoning Kohlberg yang berkiblat pada teori Piaget, tetapi mempunyai struktur yang lebih kompleks daripada teori Piaget.
Kohlberg mendeskripsikan tiga level moral reasoning, dengan dua tahap tiap levelnya:
Level
Tahap
Level I: Pra-Konvensional (4-10 tahun)
Tahap 1: Berorientasi pada hukuman dan kepatuhan. “Apa yang akan terjadi pada saya?” Anak akan mematuhi aturan dan akan mengacuhkan alasan atau motif dari suatu perilaku dan berfokus pada bentuk fisik (contohnya seberapa besar kebohongan itu) atau konsekuensinya (misalnya akibat yang ditimbulkan)

Tahap 2: Tujuan dan pengembalian. “Kamu mencubit, saya akan mencubit kamu juga” Anak-anak akan menyesuaikan diri pada aturan dan memikirkan akan apa yang dapat orang lain perbuat pada mereka, serta memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri (semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu)
Level II: Konvensional (10-13 tahun atau lebih)
Tahap 3: Mementingkan hubungan dan penerimaan dengan orang lain. “Apakah saya orang yang baik?” Anak ingin menyenangkan dan menolong orang lain, dapat menilai niat orang lain, dan mengembangkan standar tentang bagaimana orang yang baik itu. Mereka menilai suatu tindakan berdasarkan motif dibaliknya atau orang yang melakukannya dan juga memperhitungkan keadaan yang sedang terjadi

Tahap 4: Kejadian sosial dan hati nurani. “Bagaimana jika orang lain melakukannya?” Orang-orang lebih memikirkan untuk melakukan tugas mereka, menunjukkan rasa hormat pada kuasa yang lebih tinggi, dan melakukan permintaan sosial. Menganggap suatu perbuatan salah apapun alasan dan keadaannya jika menyakiti orang lain.
Level III: Pasca Konvensional (masa remaja awal, atau masa dewasa awal atau tidak sama sekali)
Tahap 5: Kontrak moral, hak-hak individu, dan penerimaan hukum secara demokratis. Dalam tahap ini, orang-orang berfikir rasional, menilaiberdasarkan pada keinginan mayoritas dan kesejahteraan sosial. Biasanya, mereka melihat nilai-nilai ini sebagai ketaatan pada hukum. Disaat mereka menyadari bahwa saat di mana kebutuhan manusia bertentangan dengan hukum, mereka percaya bahwa akan lebih baik jika mematuhi hukum

Tahap 6: Moral prinsip etika universal. Dalam tahap ini, orang-orang melakukan apa yang menurut mereka (sebagai seorang individu) anggap benar, apapun batasan legalnya atau opini orang lain. Mereka bertindak dengan standar internal, dengan menyadari bahwa mereka akan mencela diri mereka sendiri jika tidak dilakukan.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Hubungan Antara Teori Moral Reasoning Piaget dan Teori Moral Kohlberg
Pada dasarnya, teori Kohlberg dan Piaget berisi dasar pemikiran yang sama dimana dalam teori keduanya mempunyai tiga tahap perkembangan Moral Reasoning.
Pada teori Piaget, tahap pertama (usia 2-7 tahun) ditandai dengan anak yang cenderung mematuhi aturan secara kaku (hanya menilai sesuatu sebagai benar dan salah tanpa melihat alasan dari suatu tindakan). Dikarenakan anak-anak memiliki tipe egosentrik, mereka hanya dapat melihat masalah-masalah dari satu sudut pandang. Anak-anak mempercayai bahwa aturan tidak dapat diubah, perilaku hanya dapat dinilai dengan ukuran benar dan salah. Perilaku yang salah, apapun bentuknya pantas diberi hukuman.
Tahap kedua (7-11 tahun) ditandai dengan meningkatnya fleksibilitas, dimana saat anak dapat berinteraksi dengan lebih banyak orang dan dapat melihat dari sudut pandang lebih luas, mereka sudah mulai bisa mengembangkan konsep dimana terdapat satu standar yang absolut mengenai sesuatu yang benar dan salah, juga dapat mengembangkan perasaan untuk menilai berdasarkan keadilan dan kesamarataan. Pada tahap ini anak dapat membuat penilaian moral yang lebih kompleks, karena mereka sudah dapat melihat suatu situasi lebih dari satu aspek.
Tahap ketiga (11-12 tahun) anak sudah dapat mengerti formal reasoning, tahap dimana perkembangan moral mulai muncul. Anak pada tahap ini memiliki keyakinan bahwa seseorang harus diperlakukan sebagaimana ia memperlakukan orang lain. Di tahap ini anak sudah mulai dapat memperhitungkan situasi dengan lebih spesifik.
Kohlberg mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahap-tahap konstruktif. Tahapan-tahapan itu adalah Pra-Konvensional, Konvensional, dan Pasca-Konvensional. Pra-Konvensional mempunyai cakupan usia antara 4 s/d 10 tahun, Konvensional mempunyai batasan usia 10 hingga 13 tahun atau lebih, sedangkan tahap Pasca-Konvensional biasanya muncul pada usia remaja awal atau usia dewasa awal atau malah tidak sama sekali (Papalia, 2008). Biasanya, manusia yang tidak mencapai tahap ini ‘terjebak’ di tahap konvensional dan tidak berkembang lagi.
2. Perkembangan Moral Anak dari Zaman Dulu sampai Sekarang dalam Kebudayaan Indonesia
Perkembangan moral anak-anak usia tengah sampai akhir berubah dan berevolusi dari zaman-ke zaman. Tentunya moral kanak-kanak pada masa sekarang berbeda dengan moral anak-anak zaman sebelum masa sekarang ini.  Khususnya pada anak-anak dengan adat ketimuran seperti yang akan dibahas kali ini.
Indonesia terkenal sebagai negara dengan penduduk yang sangat ramah, baik penduduk yang usia tua maupun yang masih anak-anak. Tentunya keramah-tamahan ini dibentuk sejak kita masih anak-anak. Salah satu fasenya adalah masa anak-anak tengah sampai akhir dimana pada fase ini anak-anak berusia 6 sampai 11 tahun. Entah mengapa masa sekarang ini keramah tamahan anak hilang begitu saja seiring perkembangan zaman. Anak seperti acuh terhadap orang lain dan lingkunganya. Tentunya tidak hanya keramah tamahan saja yang lenyap dari diri seorang anak. Hal lain (yang kebanyakan bersifat baik) telah  hilang pada dewasa ini.
Banyak yang berbeda dari diri anak usia tengah pada masa dulu dan sekarang. Banyak juga faktor yang mempengaruhinya terlebih lagi bila menyangkut moral. Kebiasaan berpamitan dengan sopan seperti mencium tangan kedua orang tua telah lenyap, yang ada sebelum berangkat sekolah anak-anak lebih mementingkan meminta uang jajan daripada restu orang tua. Kebiasaan belajar pada malam hari juga telah luntur,padahal dari cerita orang tua zaman dulu, pada saat beliau memasuki masa anak-anak seperti pada saat SD, jam 7 mereka harus belajar dan mereka ditungggui orang tua pada saat mereka belajar. Tak ada istilah menonton televisi, ataupun bermain game. Begitu pula saat pulang sekolah, harus langsung tidur siang, bukanya melakukan kegiatan lainya. Sekarang ini, jika pulang sekolah anak-anak telah disuguhi berbagai macam fasilitas yang membuat mereka lebih mementingkan itu semua daripada beristirahat. Moral berbangsa yang dapat ditunjukan pada usia mereka juga sekarang cenderung berubah (dalam artian berkurang). Di lingkungan sekolah juga misalanya, anak-anak dulu selalu semangat ketika mengikuti acara upacara bendera, baik pada hari senin , atau hari-hari tertentu, mereka juga berlomba-lomba untuk menjadi petugas upacara, hal ini tidak dapat dilihat pada masa sekarang. Anak-anak seperti cenderung terpaksa dalam mengikuti upacara tersebut. Tentunya masih banyak lagi perbedaan-perbedaan yang lainya, yang mengacu pada moral si anak.
Banyak perbedaan, banyak pula faktor yang mempengaruhinya, seperti perkembangan teknologi. Dengan kemajuan teknologi dewasa ini, anak-anak telah disuguhkan berbagai macam fasilitas yang dapat menggodanya, tapi fasilitas ini tak selamanya mendukung si anak, malah membuat si anak berubah, menjadi malas misalnya.  TV, internet, handphone, video game, adalah beberapa contoh kemajuan teknologi yang bisa berdampak buruk bagi perkembangan moral anak-anak. Selain perkembangan teknologi, hal lain yang mempengaruhinya adalah cara orang tua ataupun guru dalam mendidik anak tersebut. Yang dapat dilihat sekarang ini para orang tua lebih menggunakan jalan pintas dalam mendidik sang anak. Dalam pemilihan sekolah favorit misalnya para orang tua sekarang ini (kebanyakan yang berekonomi menengah ke atas) rela membayar berapapun supaya anak mereka dapat bersekolah di sekolah tersebut. Hal ini berpengaruh pada moral dan diri sang anak. Si anak ikut berfikir dan merasakan bahwa apa yang mereka inginkan dapat mereka dapatkan begitu saja karena orang tua mereka. Banyaknya lembaga-lembaga bimbingan belajar juga berpengaruh, daripada membelajari anaknya sendiri,menunggui mereka belajar, menanyakan ada yang sulit atau tidak, para orang tua lebih memilih mengikutkan aanaknya les di lembaga bimbingan belajar tersebut. Memang baik untukmenyertakan anak untuk mengambil kelas tambahan di lembaga bimbingan belajar, tetapi tidak menyerahkan semua hal yang berkenaan dengan pendidikan mereka di lembaga tersebut, orang tua juga harus mendampingi anaknya, mengetahui seberapa besar kemampuan anaknya, dan mengajari mereka dengan metode-metode yang lebih bersifat kekeluargaan,dilandasi kasih sayang, dan menitikberatkan pada kejujuran dan kemampuan mereka sendiri.
Dibalik itu semua, tentunya juga ada hal-hal yang bersifat positif pada anak-anak masa usia tengah sampai akhir pada zaman sekarang daripada zaman dulu. Salah satunya seperti anak sekarang lebih mudah dalam mendapatkan akses dalam bidang  pendidikan dan informasi seperti fasilitas internet,video-video pembelajaran,tersedianya lembaga bimbingan belajar,dll. Anak anak juga lebih dapat menguasai teknologi bahkan lebih dari orang tua mereka. Selain itu, anak-anak juga lebih bisa menghargai perbedaan karena di era globalisasi ini, banyak kebudayaan yang tercampur, sehingga anak-anak cenderung lebih dekat dengan perbedaan-perbedaan itu sendiri.
Itu semua adalah perbedaan moral anak-anak masa tengah sampai akhir pada zaman dulu dan sekarang. Tergantung bagaimana kita menyingkapinya dan memilih apa yang baik agar dapat diambil dan yang buruk dapat ditinggalkan dalam mendidik anak-anak tersebut.
3. Peran Keluarga dan Sekolah dalam Perkembangan Moral Anak
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, perkembangan moral anak-anak usia tengah dan akhir masih cenderung terkontrol oleh orang-orang dewasa di sekitarnya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan 97% dari sampel yang diambil selalu berpamitan pada orangtuanya sebelum berangkat ke sekolah, yang mengindikasikan bahwa anak-anak masih menghargai orang tua mereka, serta 81% anak mengaku tidak pernah menyembunyikan nilai yang buruk dari orangtua, hal ini menunjukkan kejujuran yang ditunjukkan anak-anak tersebut kepada orangtu mereka, meskipun kejujuran itu sendiri bukanlah hal yang baik. Tetapi, dari 80 responden, hanya 40 yang mengaku masih belajar (diluar pelajaran formal yang diberika sekolah) bersama orang tua. Dan 40 yang lainnya mengaku belajar sendiri atau belajar bersama guru les. Hal ini menunjukkan ada kemungkinan orang tua tidak mempunyai waktu untuk mengajari anak-anaknya atau orang tua tidak percaya diri untuk mengajari anak-anak mereka.
Selain lingkungan keluarga, sekolah juga mempunyai peran dalam perkembangan moral anak, hal ini dapat dibuktikan dari hasil observasi yang menunjukkan bahwa 70% anak usia tengah dan akhir tidak pernah mencontek, terlebih lagi, saat diberi suatu dilema antara ingin mendapat nilai yang bagus tetapi harus mencontek atau beresiko mendapat nilai yang jelek tanpa mencontek, mayoritas lebih memilih untuk tetap pada standar moral yang ada, yaitu tidak mencontek. Selain itu 96% dari sampel yang diambil mengaku selalu mendengarkan guru yang sedang menjelaskan di kelas.
Pengaruh tidak datang dari lingkungan keluarga atau sekolah saja, tetapi dari perkembangan zaman juga. Ditemukan, bahwa 50% responden terganggu proses belajarnya karena pengaruh TV, internet, dan handphone. Jadi, perlu ada pengawasan ketat tentang apa yang mempengaruhi anak selain dari lingkungan keluarga dan sekolah
4. Perkembangan Moral Anak secara Ideal dan Realitanya
Telah kita ketahui bersama bahwa perkembangan anak juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Maka dari itu, demi tumbuh kembang anak yang optimal dan maksimal, sangatlah diperlukan dukungan dari lingkungan sekitar kehidupan anak tersebut, sehingga pengaruh yang diberikan juga berdampak baik. Orangtua sebagai faktor utama penentu kepribadian anak haruslah mendidik dan membesarkan anak secara benar dan diperlukan pula penanaman moral dan nilai-nilai kepada anak semenjak usia dini. Sekolah sebagai rumah kedua bagi anak juga diharapkan dapat memberikan pengaruh yang positif bagi perkembangan anak. Di sekolah anak bertemu banyak sekali individu yang tentunya sangat berpotensi untuk mempengaruhi kepribadian dan tumbuh kembang anak, seperti teman-teman dan guru. Agar perkembangan anak selalu terarah pada perkembangan yang positif, diperlukan pula dukungan dari individu-individu di atas. Kita tahu kondisi jiwa anak sangatlah labil sehingga anak sangat mudah terpengaruh oleh apa yang ia lihat di sekitarnya.
Perkembangan zaman juga membawa dampak bagi perkembangan anak, sehingga terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara perkembangan moral anak zaman dahulu dan zaman sekarang, seperti yang telah kami paparkan di atas. Canggihnya teknologi saat ini tentunya sangat berpengaruh terhadap perkembangan moral anak. Adanya televisi, internet, dan handphone misalnya, membuat anak seakan memiliki dunia sendiri sehingga kurang bisa bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, berbeda dengan anak pada zaman dahulu yang kegiatannya bermain bersama teman-temannya. Tayangan televisi seperti film, sinetron, atau infotainment yang ditonton oleh anak baik secara sengaja maupun tidak sengaja tentunya juga akan berpengaruh. Anak cenderung meniru apa yang dilihat dan disukainya, maka dari itu dalam hal ini diperlukan pengawasan dan pengaruh baik dari orang-orang sekitar terutama orang tua untuk mengawasi si anak, memberikan pengaruh baik, dan memastikan selalu perkembangan anak ada pada jalan yang benar.
Bagaimana realita perkembangan anak sekarang? Akan kami bahas dimulai dari bagaimana pengaruh lingkungan sekitar terlebih dahulu. Memasuki zaman modern seperti saat ini, orangtua, terlebih yang memiliki karier tentunya akan selalu sibuk dengan rutinitas kesehariannya sehingga terkadang kurang memperhatikan perkembangan anaknya. Ada orangtua yang memasrahkan anaknya pada baby sitter sehingga pengawasan dan pemantauan akan perkembangan anaknya jadi berkurang. Indikasi ini dapat terlihat dari hasil observasi kami. Dari semua responden kami, anak kelas 3 dan 6 SD hanya sekitar 50% yang memiliki kesempatan belajar bersama orangtuanya. Padahal pendekatan orangtua pada usia dini seperti itu sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak selanjutnya, misal akan berpengaruh pada moral, etos belajar, dan sebagainya. Faktor lingkungan sekolah juga berperan kuat karena 6 hari dalam seminggu anak berada di sekolah, tentunya pengaruh sekolah juga terlihat dalam perkembangan anak. Pengaruh teman-teman sepermainan adalah yang menjadi pokok utamanya. Banyak kebiasaan anak, baik ataupun buruk, yang dipengaruhi karena meniru teman atau sekedar ikut-ikutan teman sepermainan. Seharusnya teman-teman juga dapat mendukung. Dari observasi kami, terlihat bahwa dari semua responden, 70% mengatakan jarang bertengkar dengan teman, 23% mengatakan sering dan sisanya tidak pernah bertengkar dengan teman. Hal ini mengindikasikan pada konteks atau situasi seperti ini, teman-teman akan dapat memberikan pengaruh yang cukup baik.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Teori Moral Reasoning Kohlberg terinspirasi dari teori Piaget. Dapat kita lihat bahwa teori Kohlberg ini mengkategorikan moral dengan tahapan-tahapan yang konstruktif, seperti yang diteliti oleh Piaget. Secara struktural, kedua teori ini sangat terlihat hubungannya. Tetapi, teori Kohlberg dijelaskan dengan sedikit lebih kompleks serta cakupan usia yang digunakan juga lebih luas yaitu dari masa kanak-kanak hingga pencapaian terakhir manusia dalam perkembangan moral, sedangkan teori Piaget hanya menjelaskan perkembangan moral kanak-kanak.
Perkembangan moral masa kanak-kanak tengah dan akhir pada zaman dulu dan sekarang telah bergeser.Pergeseran tersebut cenderung bergerak ke arah yang lebih negatif. Dengan banyaknya dampak globalisasi, dan batasan-batasan yang ada dalam masyarakat juga semakin bergeser. Tetapi, justru dengan adanya globalisasi tersebut, anak-anak lebih didekatkan dengan perbedaan, sehingga dapat menerima dan mengerti perbedaan yang ada.
Pada perkembangan moral anak-anak usia tengah dan akhir, peran orangtua memang besar, terbukti dengan hampir semua responden masih menghargai orangtuanya. Sedangkan peran sekolah dalam membentuk pola standar yang diikuti oleh anak-anak juga berperan sangat besar, di mana anak-anak berusaha untuk mematuhi aturan yang ada, berusaha menyenangkan lingkungan sekitarnya, serta seakan takut untuk menghadapi hukuman yang ada. Hal ini membuktikan teori Kohlberg pada level Pra-Konvensional di tahap 2, serta level Konvensional pada tahap 3.
Menurut Kohlberg, usia anak-anak tengah dan akhir cenderung baru mengenal dunia sosial, dan berusaha untuk memenuhi permintaan sosial. Dalam realita, hal ini terlihat dengan intensitas pertengkaran yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden jarang bertengkar dengan teman, yang menunjukkan bahwa anak usia ini lebih suka untuk tidak membuat orang lain tidak senang
2. Saran
Agar seorang anak dapat berkembang dengan moral yang baik, maka orang tua yang bijak harus dapat mengawasi lingkungan bermain anak. Karena lingkungan bermain merupakan faktor yang paling besar dalam pembentukan moral si anak. Di samping itu, dalam mendidik anak, orang tua harus berpedoman pada nilai-nilai agama dan adat-istiadat yang berlaku di tempat tinggalnya.
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Papalia, dkk. 2008. A Child’s World: Infancy Through Adolescence. New York: McGraw-Hill.
Santrock, John. 2007. Perkembangan Anak Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Situs Internet
 

1 komentar:

Jangan Lupa berikan coment
Terima kasih atas kunjungan anda