Maret 22, 2012

PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF

PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
Dalam penelitian kuantitatif yakni bahwa satu-satunya pengetahuan (knowledge) yang valid adalah ilmu pengetahuan (science), yaitu pengetahuan yang berawal dan didasarkan pada pengalaman yang tertangkap lewat panca indra untuk kemudian diolah oleh nalar (reason) secara epistemologis, dalam penelitian kuantitatif, diterima suatu paradigma, bahwa sumber pengetahuan yang paling utama adalah fakta yang sudah pernah terjadi, dan lebih khusus lagi hal-hal yang dapat ditangkap panca indra (exposed to sensory experience), hal ini sekaligus mengindikasikan bahwa secara ontologis objek studi penelitian kuantitatif adalah fenomena dan hubungan-hubungan umum antara fenomena-fenomena (general relations between phenomena) yang dimaksud fenomena disini adalah sejalan dengan prinsip sensory experience yang trbetas pada eksternal appearance given in sense perception saja. Karena pengetahuan itu bersumber dati fakta yang diperoleh dari panca indra, maka ilmu pengetahuan harus didasarkan pada eksprimen, induksi, dan observasi. Dalam penelitian kuantitatif yakni diyakini sejumlah asumsi sebagai dasar otologisnya dalam melihat fakta atau gejala asumsi-asumsi yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1.objek-objek tertentu mempunyai keserupaan satu sama lain, baik bentuk, struktur, sifat maupun dimensi lainnya. 2.suatu benda atau keadaan tidak mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. 3.suatu gejala bukan merupakan suatu kejadian yang bersifat kebetulan, melainkan merupakan akibat dari factor-faktor yang mempengaruhinya. Sejalan dengan penjelasan diatas, secara epistomologi pradigma kuantitatif berpandangan bahwa sumber ilmu terdiri dari dua, yaitu pemikiran rasional san emperis. Karena itu, ukuran kebenaran terletak pada koherensi dan korespondensi. Adapun yang dimaksud dengan kohrensi berarti sesuai dengan teori-teori terdahulu, dan yang dimaksud dengan korespondensi berarti sesuai dengan kenyataan emperis. Kerangkan pengembangan ilmu itu dimulai dengan proses perumusan hipotesis yang dideduksi dari teori, kemudian diuji kebenarannya melalui verifikasi untuk diproses lebih lanjut secara induktif menuju perumusan teori baru. Jadi, secara epistemologis pengembangan ilmu itu berputar mengikuti siklus, logico, hipotetico, dan verifikatif. Sedangkan penelitian kualitatif adalah suatu model penelitian humanistic, yang menempatkan manusia sebagai subjek utama dalam peristiwa social budaya, jenis penelitian ini berlandaskan pada filsafat fenomenologis dari Edmund Husserl (1859-1928) dan kemudian dikembangkan oleh Max Weber (1864-1920) kedalam sosiologi. Sifat humanis dari aliran pemikiran ini terlihat dari pandangan posisi manusia sebagai penentu utama perilaku individu dan gejala social. Dalam pandangan Weber, tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekuensi dari sejumlah pandangan atau dokrin yang hiduo dikepala manusia pelakunya. Jadi, ada sejumlah pengertian batasan-batasan atau kompleksitas maka makna yang hidup di kepala manusia pelaku, yang membentuk tingkah laku yang terekspresi secara eksplisit. Didalam aliran kualitatif terdapat sejumlah aliran filsapat yang mendasarinya seperti fenomenologi, interaksionisme simbolik, dan etnometodologi. Harus diakui bahwa aliran-aliran tersebut memiliki perbedaan-perbedaan, namun demikian ada satu benang merah yag mempertemukan mereka yaitu pandangan yang sama tentang hakikat manusia sebagai subjek yang mempunyai kebebas menentukan pilihan atas dasar system makna yang membudaya pada diri masing-masing pelaku. Bertolak dari posisi diatas, secara ontologis pradika kualitatif berpandangan bahwa fenomena social budaya dan tongkah laku manusia tidak cukup dengan merekam hal-hal yang secara nyata, melainkan juga harus mencermati secara keseluruhan dalam totalitas konteksnya. Sebab tingkah laku (sebagai fakta) tidak dilepaskan atau dipisahkan begitu saja dari setiap konteks yang melatar belakanginya, serta tidak dapat disederhanakan dalam hokum-hukum tunggal yang diterministik dan bebas konteks. Dalam interaksionisme simbolis, sebagai salah satu rujukan penelitian kualitatif, lebih dipertegas lagi tentang batasan tingkah laku manusia sebagai objek studi. Di sini ditekankan persefektif pandangan sosiodiskologis yang sasaran utamanya adalah individu dengan kepribadian diri pribadi dan pada interaksi antara pendapat intern dan emosi seseorang dengan tingkah laku sosialnya. Pardigma kualitatif meyakini bahwa dalam masyarakat terdapat keteraturan itu terbentuk secara natural, karena itu tugas peneliti adalah menemukan keteraturan itu bukan menciptakan atau membuat sendiri batasn-batasannya berdasarkan teori yang ada. Atas dasar itu, pada hakikatnya penelitian kualitatif adalah suatu kegiatan sistematis untuk menemukan teroi dari kancah bukan untuk menguji teori atau hipotesis. Karenanya secara epistemologis pradigma kualitatif tetap mengakui fakta emperis sebagai sumber pengetahuan tetapi tidak menggunakan teori yang ada sebagai bahan dasar untuk melakukan ferifikasi. Dalam penelitian kualitatif proses penelitian merupakan sesuatu yang lebih penting dibandingkan dengan hasil yang diperoleh, karena itu peneliti sebagai instrument pengumpul data merupakan satu prinsip utama hanya dengan keterlibatan peneliti dalam proses pengumpulan datalah hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Khusus dalam proses analisis dan kesimpulan pradigma kualitatif menggunakan indusi analitis (analytic induction) dan ekstra polasi (extra polation). Induksi analitis adalah satu pendekatan pengolahan data kedalam konsep dan kategori-kategori bukan frekuensi. Jadi symbol-simbol yang digunakan tidak dalam bentuk numeric melainkan dalam bentuk deskripsi yang ditempuh dengan cara mengubah ke formulasi. Sedangkan ekstra polasi adalah suatu cara pengambilan kesimpulan yang dilakukan simultan pada saat proses induksi analitis dan dilakukan secara bertahap dari satu kasus kekasus lainnya. Kemudian dari proses analisis itu dirumuskan suatu pernyataan teoritis. Selain pemaparan diatas pendekatan kualitatif juga menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu situasi tertentu (dalam konteks tertentu) lebih banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, penggunaan pendekatan kuantitatif membuat peneliti harus mengikuti suatu pola y7ang sesuai dengan karakteristik pendekatan kuantitatif. Implikasi yang terjadi, antara lain pola linear yang terjadi dalam tahap-tahap penelitian, pola linear ini juaga berakibat peneliti juga harus melakukan tahap demi tahap yang ada didalam suatu proses penelitian. Pendekatan kualitataf lebih lanjut mementingkan pada proses dibandingkan hasil akhir oleh karena itu urutan-urutan kegiatan papat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala-gejala yang ditemukan. Tujuan penelitian biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat praktis. Pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel sebagai objek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefenisikan dalam bentuk operasionalisasi variabel masing-masing. Reabilitas dan validitas merupakan syarata mutlak yang harus dipenuhi dalam menggunakan pendekatan ini karena kedua elemen tersebut akan menentukan kualitas hasil penelitian dan kemampuan replikasi serta generalisasi penggunaan model penelitian sejenis. Selanjutnya, penelitian kuantitatif memerlukan adanya hipotesa dan pengujiannya yang kemudia akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik analisa dan formula statistik yang akan digunakan. Juga, pendekatan ini lebih memberika makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik bukan makna secara kebahasaan dan kulturalnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa berikan coment
Terima kasih atas kunjungan anda