November 20, 2011

Qur'an , Hadits dan Sains Modern



Qur-an tidak merupakan satu-satunya sumber doktrin dan hukum
Islam. Ketika Nabi Muhammad masih hidup dan sesudah beliau
meninggal, ada sumber tambahan yaitu tindakan-tindakan dan
ucapan-ucapan Nabi.

Informasi tentang tindakan dan ucapan Nabi tergantung kepada
tradisi mulut; orang-orang yang mengambil initiatif untuk
mengumpulkannya dalam suatu teks mengadakan penyelidikan
yang rumit jika tradisi lisan tersebut akan dijadikan
tulisan tentang kejadian-kejadian.

Dalam mengumpulkan informasi tersebut mereka sangat gigih
mencari kebenaran; hal ini dapat dibuktikan dengan fakta
bahwa dalam tiap riwayat mengenai kehidupan Nabi Muhammad
atau kata-katanya, terkumpul nama-nama orang-orang yang
mempunyai reputasi baik yang melaporkan riwayat tersebut,
dan urutan nama-nama itu menanjak sampai kepada keluarga
Nabi atau sahabat-sahabat yang menjadi sumber pertama
daripada informasi itu.

Dengan cara tersebut, muncullah kumpulan-kumpulan tindakan
dan ucapan-ucapan Nabi, yaitu yang biasanya dinamakan
"Hadits" arti kata itu adalah "kata-kata" tetapi yang
dimaksudkan ialah ucapan-ucapan dan tindakan.30

Kumpulan-kumpulan Hadits itu disiarkan beberapa puluh tahun
setelah wafatnya Nabi Muhammad; yang muncul pada abad
pertarna Hijriyah sangat terbatas. Kumpulan-kumpulan yang
lebih penting baru muncul dua abad sesudah Nabi Muhammad
wafat. Dengan begitu maka kumpulan Hadits yang memberi
informasi yang paling lengkap bukan kumpulan yang paling
dekat kepada zaman Nabi Muhammad. Kumpulan Bukhary dan
Muslim yang diselenggarakan lebih dari 200 tahun sesudah
wafatnya Nabi Muhammad memberikan dokumentasi yang terluas
dan paling dapat dipercayai. Kumpulan Bukhari dianggap yang
paling autentik setelah Qur-an. Haudas dan Marcais telah
menterjemahkannya ke dalam bahasa Perancis antara tahun 1903
dan 1904, dengan judul: Les Traditions Islamiques. Pada
akhir-akhir ini telah diterbitkan juga dengan teks Arab dan
terjemahan Inggris oleh Dr. Mohammad Muhsin Khan, dari
Universitas Islam di Medina. Dengan begitu Hadits dapat
dibaca oleh orang yang tak mengerti bahasa Arab. Tetapi kita
perlu bersikap sangat hati-hati terhadap beberapa terjemahan
yang dilakukan oleh orang-orang Barat termasuk orang-orang
Perancis, karena kita telah dapatkan kekeliruan yang tidak
merupakan terjemahan akan tetapi merupakan interpretasi;
malahan kadang-kadang mereka itu merubah arti Hadits
sehingga memberi pengertian yang tidak dimaksudkan.

Dari segi asal mulanya, orang dapat membandingkan
kumpulan-kumpulan Hadits itu dengan Injil. Kedua macam buku
itu mempunyai sifat yang sama, yaitu; pertama: telah ditulis
oleh pengarang-pengarang yang tidak merupakan saksi mata
kejadian yang mereka laporkan; dan kedua: telah ditulis
setelah lama kejadian-kejadian tersebut terjadi. Sebagaimana
halnya dengan Injil, Hadits-hadits itu tidak semuanya dapat
diterima sebagai autentik. Hanya jumlah kecil dipandang
autentik oleh ahli-ahli Hadits, dan dalam satu kumpulan kita
dapat menemukan Hadits-hadits autentik di samping Hadits
yang diragukan bahkan Hadits yang harus ditolak.

Berbeda dengan Injil-Injil empat, yang tidak pernah disangkal
oleh umat Kristen, kumpulan-kumpulan Hadits-hadits walaupun
yang dianggap paling autentik, pada suatu waktu dalam
sejarah Islam, telah merupakan sasaran kritik tajam dari
para ahli pikir Islam. Tetapi Qur-an, tetap menjadi buku
yang pokok dan tak dapat dipersoalkan lagi tentang
kebenarannya.

Saya menganggap penting untuk menyelidiki dalam kumpulan
Hadits-hadits tersebut, bagaimana di luar wahyu Ilahi,
Muhammad diriwayatkan telah membicarakan soal-soal yang
pengetahuan modern baru dapat membuka rahasianya pada
beberapa abad sesudahnya Saya sangat membatasi diri, dan
hanya penyelidikan Hadits yang biasanya dianggap paling
autentik, yaitu kumpulan Hadits Bukhari; sebabnya ialah
karena saya selalu berpikir bahwa karena Hadits-hadits itu
banyak yang disusun oleh para pengumpulnya menurut tradisi
oral, maka mereka dapat meriwayatkan fakta-fakta yang sama
akan tetapi dengan cara berbeda berhubungan dengan kesalahan
orang-orang yang meriwayatkannya. Hal tersebut berbeda
dengan Hadits yang diriwayatkan oleh rawi-rawi yang besar
jumlahnya sehingga dapat mencapai martabat Hadits autentik.

Saya menyelidiki pernyataan-pernyataan Hadits dalam hal-hal
yang pernah kita bicarakan tentang Qur-an dan Sains modern.
Hasil penyelidikan saya sangat jelas. Ada perbedaan yang
sangat besar antara pernyataan-pernyataan Qur-an yang cocok
jika dihadapkan dengan Sains modern dan pernyataan Hadits
dalam bidang sama yang sangat mudah dikritik.

Hadits yang merupakan tafsiran mengenai beberapa ayat Qur-an
kadang-kadang memberi penjelasan yang tak dapat diterima
sekarang.

Ada satu Hadits Bukhary yang menafsirkan surat 36 ayat 38
(Surat Yassin) yang telah kita bicarakan dalam fasal
Astronomi, dengan tafsiran sebagai berikut: "Ketika matahari
terbenam, ia sujud di bawah Arasy Tuhan. Matahari minta izin
untuk mengulangi perjalanannya, dan sujud sekali lagi.
Akhirnya ia kembali ke tempat dari mana ia datang dan bangun
kembali dari Timur." Teks aslinya adalah kabur dan sukar
diterjemahkan. (Kitab permulaan penciptaan, fasal 54, bab 4
no. 421). Bagaimanapun juga, Hadits tersebut mengandung
khayalan tentang perjalanan matahari dan hubungannya dengan
bumi. Sains telah menunjukkan bahwa yang benar adalah
sebaliknya isi Hadits tersebut. Jadi Hadits tersebut tidak
autentik.

Dalam fasal yang sama (Kitab permulaan penciptaan) fasal 54
bab 6 no. 430, terdapat keterangan tentang tahap-tahap
pertama daripada perkembangan embriyo. Keterangan tentang
waktu yang diperlukan oleh tahap-tahap itu terasa aneh; satu
tahap untuk mengumpulkan unsur-unsur yang menyusun manusia,
lamanya 40 hari, satu tahap di mana embryo itu merupakan
"sesuatu yang melekat" lamanya 40 hari, dan satu tahap di
mana embryo menjadi seperti daging yang dikunyah lamanya
juga 40 hari. Kemudian setelah campur tangan malaekat untuk
menentukan hari kemudian embryo itu, suatu ruh ditiupkan
dalam embryo tersebut. Gambaran perkembangan embriyo seperti
tersebut di atas tidak sesuai dengan Sains modern.

Kecuali dalam surat 16 (Nahl) ayat 69 yang menyebutkan bahwa
madu itu mengandung obat (tanpa menyebutkan untuk penyakit
apa), Qur-an tidak memberi tuntunan tentang pengobatan.
Tetapi Hadits memberikan tempat yang luas untuk soal
obat-obatan.

Dalam kumpulan Hadits Bukhary ada suatu bab khusus untuk
obat-obatan (bab 76). Dalam terjemahan Houdas dan Marcais
hal tersebut terdapat dalam jilid 4, halaman 62 s/d 91, dan
dalam bukunya Dr. Muhammad Muhsin Khan dengan terjemahan
Inggris terdapat dalam jilid 7 halaman 395 s/d 452.
Halaman-halaman tersebut memberi gambaran tentang
pendapat-pendapat orang pada waktu Hadits tersebut
dikumpulkan mengenai soal-soal yang berhubungan dengan
obat-obatan. Orang dapat menambahkan kepada hadits-hadits
dalam bab tersebut, hadits-hadits lain yang terdapat dalam
bagian-bagian lain daripada kumpulan Hadits Bukhary.

Dalam hadits-hadits yang saya sebutkan terakhir tadi,
terdapat pemikiran-pemikiran tentang sihir, mata jahat,
pengusiran setan dan lain-lain, walaupun Qur-an telah
membatasi hal-hal tersebut. Terdapat suatu hadits yang
mengatakan bahwa buah kurma dapat menjaga manusia dari
pengaruh sihir, dan dapat menyembuhkan gigitan binatang
berbisa.

Kita tidak perlu heran karena dalam zaman teknik dan
farmakologi belum maju, kita menemukan anjuran untuk
praktek-praktek yang sederhana atau obat-obatan alamiah
seperti cantuk (Hijamah) atau cara lain untuk mengeluarkan
darah kotor, mengobati luka dengan api, mencukur untuk
mengobati penyakit kulit, meminum susu onta, biji tertentu
atau tumbuh-tumbuhan tertentu, abu semacam tumbuh-tumbuhan
(untuk menghentikan darah keluar). Dalam keadaan yang
berbahaya, orang perlu menggunakan segala cara yang dapat
dilakukan, dan yang memang berguna. Tetapi saya rasa kurang
baik untuk menganjurkan minum kencing onta.

Kita juga kurang setuju dengan penjelasan-penjelasan
mengenai patologi. Di bawah ini beberapa contoh:

Asalnya penyakit panas badan: empat orang saksi menguatkan
pernyataan bahwa: panas badan itu datangnya dari api neraka
(Kitab pengobatan fasal 28).

Adanya obat bagi tiap-tiap penyakit, "Tuhan tidak menurunkan
penyakit kecuali ia juga menurunkan obatnya (Kitab
pengobatan fasal 1). Contoh konsepsi ini adalah Hadits lalat
(Kitab pengobatan, fasal 28 dan Kitab permulaan penciptaan,
bab 54, fasal 15, 16). Jika ada lalat jatuh dalam satu
wadah, lalat itu harus ditenggelamkan seluruhnya, karena
satu sayapnya mengandung racun, dan yang satu lagi
mengandung penawar, lalat mula-mula membawa racun kemudian
membawa obat.

Keguguran itu disebabkan karena si hamil melihat ular
tertentu (ular itu juga menyebabkan kebutaan). Ini
disebutkan dalam Kitab permulaan penciptaan, fasal 13 dan
14.

Mengeluarkan darah di luar waktu haid. Kitab Haid fasal 6
memuat Hadits tentang sebab mengeluarkan darah di luar waktu
haid (bab 16, 21 dan 28). Hal ini mengenai dua orang wanita.
Dalam satu kasus, tanpa perincian, mengenai symptom
tersebut, dinyatakan bahwa mengeluarkan darah itu sebabnya
karena suatu saluran darah ('irq); dalam kasus lainnya,
yaitu tentang seorang wanita yang mengeluarkan darah di luar
haid selama tujuh tahun. Di sini sebab yang sama dinyatakan
kembali. Orang dapat membuat hipotesa tentang sebab yang
sesungguhnya tentang symptom tersebut, tetapi mengingat
zaman Hadits Nabi Muhammad tersebut, kita tak dapat
menggambarkan bagaimana diagnosa tersebut didasarkan kepada
suatu argumen. Bagiamanapun juga hal ini mungkin juga benar.

Tak adanya penyakit menular, kumpulan Hadits Bukhary
menyebutkan dalam beberapa bagian dalam buku itu (fasal 19,
25, 30 31, 53 dan 54 kitab pengobatan, bab 76), kasus-kasus
khusus seperti lepra, pest, kolera, penyakit kulit onta, dan
juga penyakit menular secara umum. Pemikiran tentang hal-hal
tersebut mengandung pernyataan yang kontradiksi. Tetapi,
terdapat juga suara anjuran supaya orang jangan pergi ke
tempat di mana wabah pest berjangkit, dan supaya orang
menjauhi orang yang terserang penyakit lepra.31

Dengan begitu, kita dapat mengambil kesimpulan tentang
adanya hadits yang tak dapat diterima. Tetapi di samping
kesangsian tentang kebenaran hadits tersebut, dengan
disebutkannya di sini kita mendapat faedah yaitu bahwa
dengan memperbandingkannya dengan pernyataan ilmiah yang
terdapat dalam Qur-an, kita mengerti bahwa hadits-hadits
tersebut mengandung pernyataan yang tidak tepat. Konstatasi
ini mempunyai arti yang besar.

Kita harus ingat bahwa ketika Nabi Muhammad meninggal,
ajaran-ajaran yang diterima oleh para sahabat dari beliau
dapat dibagi menjadi dua kelompok:

Pertama, banyak pengikut Nabi yang hafal Qur-an seperti
beliau dan selalu mengulangi pembacaannya; di samping itu
terdapat tulisan-tulisan wahyu Qur-an yang dibuat waktu Nabi
Muhammad masih hidup, dan malahan sebelum hijrah.

Kedua, anggauta-anggauta dari sahabat-sahabatnya yang
terdekat, dan beberapa pengikutnya yang menyaksikan tindakan
dan kata-katanya, mereka itu memelihara apa yang mereka
saksikan atau dengarkan, dan menjadikannya sebagai sandaran
di samping Qur-an, untuk menetapkan doktrin dan hukum yang
sedang tumbuh.

Dalam tahun-tahun sesudah meninggalnya Nabi Muhammad,
teks-teks, tentang dua macam ajaran yang ia tinggalkan
bermunculan. Kumpulan Hadits yang pertama muncul 40 tahun
setelah Nabi meninggal, akan tetapi sebelum teks itu muncul,
Qur-an sudah dikumpulkan lebih dahulu pada zaman Abubakar
dan Umar. Utsman membuat teks definitif pada waktu ia
memerintah; yakni antara tahun 12 dan 24 sesudah Nabi
meninggal.

Yang perlu digaris bawahi adalah perbedaan antara kedua
macam teks dan segi sastra dan dari segi isi. Sesungguhnya
tak mungkin diadakan perbandingan dari segi style Qur-an dan
susunan tata Hadits. Dan lagi jika kita mernbandingkan isi
daripada dua teks tersebut dengan menghadapkannya kepada
hasil-hasil Sains modern, kita akan heran karena perbedaan
yang sangat besar. Saya harap saya telah berhasil
menunjukkan perbedaan antara:

Di satu pihak, pernyataan Qur-an yang sering kelihatan
remeh; tetapi jika diselidiki secara ilmiah dengan
hasil-hasil Sains modem akan ternyata bahwa
pernyataan-pernyataan itu menunjukkan hal-hal yang kemudian
dibenarkan oleh Sains.

Di lain pihak, beberapa pernyataan hadits yang kelihatannya
sesuai dengan cara berfikir pada waktu itu; tetapi
mengandung pernyataan-pernyataan yang sekarang tidak dapat
diterima secara ilmiah. Pernyataan-pemyataan tersebut
terselip dalam doktrin dan hukum Islam yang semua orang
menganggap autentik dan tak berani mempersoalkannya

Akhirnya, kita harus mengetahui bahwa sikap Nabi Muhammad
terhadap Qur-an sangat berbeda dengan sikap beliau terhadap
ucapan-ucapan beliau pribadi. Qur-an tidak merupakan
fatwa-fatwa beliau. Qur-an adalah wahyu Ilahi. Nabi menyusun
bagian-bagian Qur-an dalam waktu kurang lebih dua puluh
tahun dengan sangat hati-hati seperti yang sudah kita lihat.
Qur-an merupakan hal yang harus ditulis selama Nabi Muhammad
masih hidup. dan harus dihafalkan untuk dijadikan bacaan
sembahyang. Adapun Hadits yang disajikan sebagai hal yang
menunjukkan tindakan dan ucapan Nabi, hadits itu diserahkan
kepada pengikutnya untuk menjadi contoh dalam tindakan
mereka dan untuk ditulis sebagaimana mereka fahami. Ia tidak
memberi pengarahan dalam hal ini.

Oleh karena hanya jumlah tertentu daripada hadits dapat
dianggap secara pasti sebagai pemikiran Nabi Muhammad, maka
kebanyakan hadits hanya menunjukkan hal-hal yang dianggap
benar oleh orang-orang pada zaman dahulu, khususnya tentang
hal-hal ilmiah yang telah disebutkan dalam ketabiban. Dengan
membandingkan teks hadits dengan teks Qur-an, kita dapat
membedakan antara Qur-an dan hadits yang tidak benar dan
tidak autentik. Perbandingan ini menjelaskan perbedaan besar
antara tulisan-tulisan pada waktu itu yang penuh dengan
kekeliruan-kekeliruan ilmiah, dengan Qur-an, wahyu yang
sudah dibukukan dan yang bebas dari kesalahan-kesalahan
ilmiah.

Ketika penterjemah bertemu dengan pengarang dalam konferensi
pemikiran Islam di Aljazair pada bulan September 1978,
pengarang berpesan agar paragraf dibawah ini ditambahkan
dalam Bab Qur-an, Hadits dan Sains modern. Dalam cetakan
keenam, (bahasa Perancis) paragraf tersebut memang telah
dimuat.

Kebenaran Hadits dari segi keagamaan sama sekali tidak
menjadi persoalan. Tetapi jika Hadits itu membicarakan
soal-soal profane (bukan agama), maka tak ada perbedaan
antara Nabi Muhammad dan manusia lainnya. Sebuah Hadits
meriwayatkan pernyataan Nabi Muhammad sebagai berikut: "Jika
aku berikan perintah kepadamu mengenai agama, ikutilah, dan
jika aku menyampaikan sesuatu hal yang berasal dari
pendapatku sendiri, ingatlah bahwa aku adalah seorang
manusia." Al Saraksi dalam bukunya "al Usul" menafsirkan,
sebagai berikut: "Jika aku memberi tahu tentang hal agama,
kerjakanlah menurut keteranganku dan jika aku memberitahu
tentang soal-soal keduniaan, maka sesungguhnya kamu lebih
tahu tentang urusan keduniaanmu."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa berikan coment
Terima kasih atas kunjungan anda