Desember 02, 2011

Perbaikilah diri sendiri sebelum memperbaiki orang lain

Pengenalan Diri

Sungguh betapa indah hidup dengan bening hati. Kebeningan hati menciptakan kedamaian dan kebersamaan. Kebeningan hati di awali dengan pembersihan hati. Lalu, bagaimana kiat menuju kebeningan hati itu?



IKhtiar pembersihan hati harus dimulai dengan upaya memahami diri dan orang lain. Tanpa pemahaman dan pengenalan yang mendalam mustahil kita bisa terhindar dari kekotoran hati. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kiat mengelola qolbu (manajemen qolbu) adalah pengenalan diri.



Seseorang yang mampu mengendalikan perasaan (emosional) adalah orang yang bisa memahami siapa dirinya. Jadi, tentunya kita akan bisa mengendalikan diri begitu kita mengenalnya secara mendalam. Orang-orang yang terkadang tidak mampu mengendalikan dirinya, itu karena mereka merasa asing dengan dirinya sendiri. Lalu, bisa terjadi paa suatu masa mereka melakukan perbuatan maksiat dan keji sementara mereka merasa melakukannya tanpa sadar.



Kunci pemahaman diri terletak pada hati. Hati bisa memperliahatkan secara jelas siapa diri kita dan bagaimana watak kita. Hati yang bersih, bening, dan jernih Insya Allah bisa memperlihatkan kebersihan, kebeningan, dan kejernihan pada pribadi kita.



Untuk mengenal diri, kita tentu memulainya dari kedalaman diri kita sendiri -----dari kedalaman qolbu atau apa yang disebut dengan nurani. Inilah yang sering dikenal dengan upaya instrospeksi diri (muhasabah). Jadi manusia mampu mengenal dirinya melalui satu proses pendalaman, bukan tiba-tiba saja bisa memahami dirinya. Proses instrospeksi diri ini tentunya bisa berjalan efektif manakala kita mampu menata suasana hati, misalnya dalam keheningan dan dalam upaya keluar dari masalah-masalah yang membelit kita. Kita harus punya satu kepercayaan bahwa hanya kitalah yang bisa menolong diri kita sendiri dan ikhtiar ini hanya Allah-lah yang berkuasa menolongnya.



1. Cermati Potensi Diri.

Anda adalah apa yang Anda pikirkan, demikian sebuah ungkapan tentang pengenalan dan potensi diri. Artinya, jika kita memikirkan bahwa diri kita ini tidak berguna, ketidakbergunaan itulah yang akan tetap menjadi cap diri kita. Dengan demikian, kita pun memadamkan potensi-potensi positif yang ada pada diri kita karena kita sudah menata hati dan pikiran ke arah negative.



Mencermati potensi diri sama halnya dengan mengenali siapa diri kita. Kita pun akan sampai pada beberapa pertanyaan berikut.



Siapa aku sebenarnya?

Untuk apa aku sebenarnya ada di dunia ini?

Siapa yang menciptakan aku?

Untuk apa Dia menciptakan aku?

Apa yang bisa aku perbuat untuk kehidupan duniaku?

Apa yang aku bisa perbuat untuk kehidupan akhiratku?

Apa kelemahanku (potensi negative)?

Apa kelebihanku (potensi positif)?



Jawaban atas semua pertanyaan itu bisa kita peroleh dengan mendalami hati, kita berbicara dengan nurani, dan kita berusaha mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta, Allah Azza wa Jalla



Selain ituyang utama kita pun bisa mengenali potensi diri melalui hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain akan memungkinkan munculnya kritik. Untuk itu, kita pun mengembangkan sikap terbuka terhadap kritik yang datang dari luar diri kita. Artinya, kita juga harus berprasangka baik (husnudzan) tentang apa yang orang katakan terhadap diri kita karena merekalah yang mungkin lebih objektif melihat potensi-potensi yang ada dalam diri kita.



Kritik adalah senjata yang paling ampuh untuk mengenal lebih jauh kelemahan diri kita. Alergi terhadap kritik berarti akan membuat tumbuh suburnya potensi negatif pada diri kita.Memang tidaklah mudah bagi seseorangmenerima kritik, apalagi yang benar-benar menyakitkan. Ada kecenderungan bahwa kita ingin membela diri. Namun, jika kita memelihara penyakit alergi terhadap kritik, bersiaplah kita semakin asing terhadap diri kita sendiri. Kita benar-benar tidak yakin bahwa diri kita ini ujub, pelit, menyebalkan atau mau menang sendiri.



Bagaimana kita bisa benar-benar memperbaiki diri jika kita buta terhadap ketidaksempurnaan diri ini? Bagaimana mau membangkitkan semangat untuk senantiasa memperbaiki diri jika kita tidak mampu atau mau merasakan kelemahan diri kita?



Upaya-upaya memperbaiki diri akan efektif jika kita menggerakkan segenap potensi positif dalam diri kita. Tentu dengan syarat bahwa kita telah mengetahui adanya kelemahan-kelemahan pada diri kita. Potensi untuk memperbaiki diri hanya bisa digerakkan dengan niat yang tulus.



Allah Swt telah menyedikan sarana-sarana berupa potensi perbaikan diri tersebut. Namun sarana-sarana itu tidak dapat digunakan tanpa disertai niat (tekad) untuk mengubah diri. Niat yang tulus akan menuntun kita pada perjalanan ruhani menuju Allah Swt. Inilah perjalanan yang merupakan tahapan-tahapan menuju perbaikan kualitas diri dari hari ke hari dan masa ke masa.



Kebaikan dalam diri kita bisa dilihat secara kasat mata melalui jasad dan akal. Potensi jasad dan akal yang tampak lahiriah sebenarnya digerakkan oleh potensi hati atau qolbu. Jadi, qolbu yang bersih akan menampakkan fisik dan pikiran yang bersih pula. Jasad dan akal hanya akan menuju pada suatu kebaikan jika di kendalikan oleh qalbu yang bersih yang membuat perbuatan kita menjadi bernilai dan berkualitas.



2. Fokus pada Diri Sendiri

Kebaikan bisa di contohkan atau ditularkan dari atau kepada orang lain. Namun, kebaikan akan menjadi efektif merasuk pada diri manakala berpangkal pada diri kita sendiri. Ungkapan yang cocok dengan ini bahwa sebaiknya kita mengurusi diri sendiri sebelum mencoba mengurusi orang lain.



Keinginan kuat atau kerinduan meliahat sebuah kebaikan agar terjadi di lingkungan kita akan memotivasi diri untuk menebarkan kebaikan dari dalam diri kita. Kita tidak akan sungkan melakukan pembersihan jika melihat kotoran di sekeliling. Kita dengan senang hati menciptakan suasana yang membuat orang lain bahagia, apakah itu tersenyum, menolong, dan berupa memberikan solusi. Pada akhirnya, akan terkondisikan keadaan yang dalam hal ini diri kita menjadi pusat kebaikan dan solusi bagi orang-orang di sekeliling kita.



alam istilah popular sekarang, apa yang ita contoh dari Rasulullah Saw. dengan memancarkan kebaikan kepada orang lain adalah bersikap dan berpikir positif. Bersikap dan berpikir positif (husnudzan) secara pasti akan menebarkan suasana yang mendukung untuk terbentuknya kebaikan-kebaikan di sekeliling kita.



3. Ubahlah Persepsi

Persepsi adalah cara pandang kita terhadap potensi-potensi diri kita. Karena itu, jika kita mempersepsikan diri kita selalu gagal dan tidak bisa diperbaiki, sampai kapanpun kita tidak akan pernah sukses.



Dalam konsep manajemen qolbu pengubahan persepsi harus dimulai dengan mengukurnya pada kedalaman hati (nurani). Seseorang akan efektif mengubah persepsinya kalau ia menggunakan sarana qolbunya.



Qolbu yang menuju kepada Allah Swt. akan berbicara bahwa pada dasarnya manusia memiliki sisi baik Manusia bisa mengubah dirinya menuju kebaikan jika ia menghidupkan sisi baik dan mematikan sisi buruknya. Jadi, harus ada persepsi bahwa kita bisa menjadi lebih baik, kita bisa menjadi sukses, dan Allah Swt senantiasa akan menolong hamba-Nya yang tulus bermunajat kepada-Nya. Persepsi inilah yang akan senantiasa menghidupkan motivasi dan keinginan kita menjadi manusia berprestasi.



“Uruslah diri sendiri sebelum mengurus orang lain. Perbaikilah diri sendiri sebelum memperbaiki orang lain. Bersihkanlah diri sendiri sebelum membersihkan orang lain”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jangan Lupa berikan coment
Terima kasih atas kunjungan anda